Showing posts with label Desa paitan. Show all posts
Showing posts with label Desa paitan. Show all posts

Friday, November 8, 2019

Galengan Sawah


Untuk orang orang yang hidup didesa, ataupun yang pernah tinggal disebuah desa, seperti saya ini, yang daerahnya ada hamparan sawah yang ditanami padi pasti tidak akan asing dengan yang namanya “ Galengan “, Nama Galengan ini pada umumnya dipakai dan yang kami tahu didaerah sekitar kami tinggal menamainya dengan Galengan, Galengan adalah Sebuah batas Antara satu petak sawah dengan petak sawah disampingnya, dibuat dari tanah dengan level elevasi lebih tinggi 20 – 30 cm dari level elevasi sawah pada umumnya, dengan mempunyai lebar ideal Antara 20 – 25 cm. Galengan ini berfungsi disamping sebagai fungsi utama yaitu batas antar petak sawah, tetapi juga berfungsi sebagai akses dari dan menuju setiap petak sawah yang letaknya jauh didalam dari hamparan sawah yang luas. Juga Galengan ini berfungsi untuk tempat mengumpulkan hama – hama dan gulma yang sudah di bersihkan dari tanaman padi untuk sementara waktu dan biasanya akan dipindahkan kalau sudah posisi kering da nada juga yang dibiarkan saja. Untuk kami pada waktu usia remaja, Galengan ini kami gunakan untuk mencari belut, dengan menyisir disetiap sisinya kami mencari lubang – lubang kecil yang kami yakini sebagai rumah seekor belut.


Kembali ke karakteristik sebuah galengan, dari bentuk ideal sebuah galengan, semakin ideal dari ukuran dan bentuk dari sebuah galengan adalah gambaran jiwa besar dan kerukunan dari 2 orang pemilik petak sawah yang berdampingan. Bagaimana tidak, bentuk dari 1 garis galengan terbentuk adalah dari saling komunikasi dan koordinasi dari 2 orang yang berbeda kepala dan karakter. Satu sisi adalah ide dari satu orang dan yang lain adalah dari orang lainnya. Apabila diantara 2 orang tersebut berangkat dari mengakomodir semua fungsi yang sudah dipaparkan diatas, besar kemungkinan kedua orang pemilik petak sawah tersebut mempunyai juwa social yang lumayan besar. Salah satu indikasinya adalah, ikut memikirkan kenyamanan orang lain yang mempunyai sawah yang letaknya lebih dalam dari sawahnya, dan besar kemungkinan akan melewati galengan yang sudah dibuat.

Berbanding lurus Antara orang pertama dengan orang kedua, orang kedua juga mempunyai galengan di setiap sisi batas sawah dengan orang lain, bentuk dan ukuran dari galengan orang kedua, apabila berangkat dari pemahaman yang sama  dengan orang yang pertama tadi, yaitu lebih mementingkan kenyamanan penguna galengan, adalah bentuk dan dimensi yang ideal yang akan terbentuk. Sebuah rangkaian dari keseluruhan bentuk galengan disebuah pemantang sawah adalah wujud nyata bagaimana setiap pemilik petak sawah disebuah pematang sawah bisa kita lihat, walaupun variable ini tidak sepenuhnya benar, paling tidak indikasi besarnya bisa kita baca dari hal ini.

Kepekaan social bisa berangkat dari dalam diri setiap orang, atapun karena rangsangan dari pihak luar. Apapun yang diterima akan selalu respect dengan orang lain, tidak peduli perlakuan apapun yang diterima oleh orang tersebut. Sedangkan akan berbeda apabila respecnya seseorang terpengaruh dengan respect orang lain yang diberikan oleh kita. Kita sadar sebagai manusia adalah dibolak balikan dalam semua hal. Hari ini yang menjadi keyakinan akan sesuatu hal, diesok hari akan berubah beriringan dengan informasi dan ilmu yang kita miliki. Kembali kepada galengan, yang kami ingat adalah kanan kiri adanya lubang rumah belut dan tempat kami dimasa kecil menancapkan pancing di malam hari dan pada musim penghujan, dan spot ideal untuk kami bongkar dan selanjutnya kami cari binatang jangkrik di kala musim kemarau tiba.

Kalau ingat galengan sawah, ingat belut/welut, ingat mancing ikan dan ingat jangkrik.

BERMAIN LAYANGAN

Ada yang pernah bermain layang layang? Kebanyakan dari kita pernah melewati permainan yang menyenangkan. Ada adrenalin yang tumbuh dan kepuasan yang tercipta dari bermain laying laying. Tapi pernah kah kita membayangkan dan menangkap dari sisi yang berbeda mengenai permainan laying layang. Sebelum kita memasuki salah satu sisi yang lain dari permainan layang – layang, marilah kita berangkat dari mengenal jenis jenis layang layang, terutama jenis layang layang yang ada dikampung kami, desa paitan kecamatan kemiri kabupaten purworejo. Adapun macam macam layang layang yang ada didesa kami adalah layang kontolan ( jenis layangan ini adalah sangat besar, biasanya bikinan sendiri, dimensinya bisa mencapai 1 x 1 meter lebih, biasanya hanya orang dewasa yang akan memainkan layang layang jenis ini karena pas layangan ini sudah terbang akan membutuhkan tenaga yang sangat besar untuk menjaga layang layang tersebut tidak lepas dari genggaman. Nama lain dari jenis layang ini didaerah sekitar kami adalah layangan sendaren ataupun layangan bapangan ). Jenis layangan yang kedua layangan pethekan, jenis layangan ini adalah kecil berdimensi kurang lebih hanya 30x30 cm dan biasanya ditoko ada yang menjual jenis layangan seperti ini, kadang ada juga yang membuat layangan jenis ini. Cara menerbangkannya hanya mengunakan benang jahit ataupun benang nilon kecil berbeda dengan layangan kontholan tadi diatas, tali yang digunakan adalah mengunakan tali tambang berdiameter +3 mm. ini adalah 2 jenis yang kami tahu dan kami mainkan pada waktu kami melewati masa masa kecil menjelang remaja, sepulang sekolah dan pada waktu libur sekoah, kami bermain layangan disawah ataupun dilapangan sekolahan. Permainan yang kami lakukan oada saat musim kemarau tiba dan diwaktu sore hari disaat angina laut sudah mulai naik kedarat.

Sedikit diatas gambaran mengenai jenis dan permainan layangan didaerah kami didesa paitan kecamatan kemiri kabupaten purworejo, yang kami lakukan sekitaran tahun 90an dan mungkin saat ini sudah berbeda era dalam anak anak dikampung kami menjalani permainan layang layang seperti ini.
Mengulas sedikit dari pemainan layangan, kami mencoba melihat dari sudut pandang nilai yang berbeda,supaya kita terutama kami mampu menangkap dan mendaptkan nilai yang terkandung dari permainan layangan. Yang pertama kreatifitas, dengan cara membuat sendiri layangannya adalah wujud kreatifitas tersendiri yang kami dapatkan untuk sebuah sara bermain yang akan kami mainkan. Didalam kreatifitas tersebut kami mendapatkan kehati – hatian, ketelitian, focus, factor resiko, manajemen resiko dan yang terakhir keyakinan bahwa layangan yang kami buat adalah mampu terbang dengan seimbang setelah ditiup dengan angina yang kencang.
Setelah kami memaknai kreatifitas yang kami dapatkan dari pembuatan layangan, yang kedua adalah bermain layangan adalah bagaimana kami menyelaraskan kapan layangan aka segera diterbangkan dengan agin yang dating dengan tiba2, sehingga begitu angina datang, layangan kami sudah siap terbang dengan bantuan memainkan tali tambang / benang nilon yang sudah diikat dilayang tersebut, dalam fase ini adalah insting adalah kekuatan penting dalam memainkan peran disini. Insting tarikan tali tambang/benang nilon harus selaras mengikuti besar dan kecilnya tiupan angin. Disinilah fase terpenting layangan tersebut akan terbang dengan tinggi, ataukah malah jatuh kembali ketanah. Keseimbangan layangan yang kita buat juga sangat berpengarus terhadap terbang ataukah tidak layangan yang kita buat.

Anggap layang kita sudah terbang, disinilah zona nyaman sebagai manusia hidup berlangsung, bagaimana kita melihat layangan kita terbang dengan mulus, bersinergi dengan angina yang berhembus, kita sebagai manusia akan dengan senang menikmati hal hal seperti. Nyaman, aman, damai dan selalu tersenyum. Tetapi disinilah sebenarnya titik waspada yang manusia harus pikirkan, disaat kita sangat nyaman dengan keadaan yang ada, disaat itulah sebenarnya tantangan kita sebagai manusia itu ada, tali tambang/benang nilon layangan tsb tiba2 akan putus karena tiupan angin ataukah karena gangguan dari layangan tetangga dan karena tali tambang kita kurang kuat, maka tali kita yang akan putus. Tetap tangguh dan tetap berputarlah adrenalin kita walaupun kita dalam zona nyaman dalam saat ini.
Berbeda hal kalau layangan kita belum juga terbang2, teruslah berusaha dan berusaha, proses adalah bagian terpenting dari setiap langkah kita sebagai manusia untuk selalu berusaha sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Tetap berjuang tetap fous dengan tujuan, bahwa aka nada hasil yang akan diraih dengan perjuangan tiada henti. Amati dan perbaiki apa yang menjadi kekurangan dipercobaan pertama, dan untuk di perbaiki dipercobaan selanjutnya. Daya juang adalah pembeda untuk setiap manusia menjadi berhasil dan akan mampu meraih tujuan yang menjadi cita2. Mereka yang berhasil adalah mereka yang berani bertahan sekali lagi untuk setiap langkah dan proses di setiap kehidupan.

Thursday, March 22, 2018

SISTEM BARTER DISAWAH SAAT PANEN - NGURUP

Dewasa ini, system barter ( Ikatan jual beli, yang tidak mengunakan uang tetapi pertukaran barang A dengan barang B sesuai dengan kesepatan antar dua orang yang bertransaksi ) sudah jarang sekali dilakukan oleh masyarkat Indonesia pada umumnya, desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) pada khususnya. Sejak adanya uang resmi yang dikeluarkan dari pemerintah, system barter sudah jarang sekali ditemukan di desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Dengan adanya uang mungkin bisa lebih mempermudah segala aktifitas ekonomi yang ada di desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Tetapi ada waktu khusus dan masih berjalan sampai saat ini, system barter masih dilakukan pada waktu tersebut, yaitu pada waktu panen padi/gabah berlangsung di desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Selain proses memanen padi disawah, ada aktifitas ekonomi lainnya yang terjadi disawah pada waktu panen padi / gabah, ada sejumlah / beberapa penjual yang menjajakan dagangannya disawah dan orang orang yang sedang panen adalah fokus dan tujuan untuk daganganya menjadi laku. Uniknya dari proses kegiatan ini yang tak lain adalah berdagang dimusim panen padi/gabah, adalah pembeli tidak memakai uang dalam membeli dagangan yang di jajakan oleh penjual, melainkan dengan menukarnya dengan gabah hasil panenannya. Mengenai jumlah dan takaran dari barang yg dibeli dengan gabah yang diserahkan kepada penjual adalah memakai perkiraan dari kedua belah pihak dan insting rasa ewuh pekewuh dari pembeli. Adapun dari dagangan yang dijual adalah beraneka ragam, yang sangat khas dan sangat lumrah sekali adalah dawet, bakul dawet ( warga desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) menyebut orang penjual dawet ) ini biasanya datang sekitaran pukul 08.00 s/d 10.00, berbarengan dengan porsiran tenaga dari pemanen gabah yang sudah peng - pengan ( warga desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) dalam menyebut menguras tenaga betul betulan ) dari pagi hari sebelum matahari terbit, tentunya dengan adanya bakul dawet yang lewat adalah seperti suasana pagi hari dengan adanya embun didedaunan, segar dan seger adanya. Satu mangkok dawet adalah sangat kurang dan mungkin bisa habis 3 s/d empat mangkok bisa habis dalam sekali minum. Dawet yang dicampur dengan es adalah pelepas dahaga yang pas didalam situasi matahari yang beum membumbung tinggi dengan sengatan panas yang sudah mulai menyengat, apalagi ditambah dengan silir angin yang belum mau bergerak mengipasi gerah dan panas badan para pemanen padi / gabah di desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Ada juga selain bakul dawet yang menjajakan dagangannya, kalau bakul dawet hanya menjajakan dawet saja, berbeda lagi dengan yang kami warga desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) menyebutnya dengan " wong bakul ", adalah orang baik laki laki maupun perempuan yang menjajakan dagangan pada musim panen gabah / padi tiba dan barang dagangannya tidak hanya satu jenis makanan, bisa rokok, makanan ringan, mungkin bumbu dapur dan lain lain, pastinya tidak ada dawet yang dibawa oleh " wong bakul " ini. Mengenai waktu dalam menjajakan dagangannya relative fleksible, bisa pagi, siang ataupun sore. Takaran / ukuran adalah sama dengan yang diulas pada bakul dawet diatas tadi.

Dari proses ekonomi yang dibahas diatas tadi yang berada di desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) adalah dikenal dengan sebutan NGURUP ( sebagai objek adalah orang yang melakukan pembelian ).

Melalui ngurup, kita belajar bagaimana saling percaya dengan ukuran yang tidak pasti masih bisa ditumbuhkan antar manusia, intinya adalah saling percaya antar keduanya. Melalui ngurup kita belajar jalan rejeki adalah banyak cara dan banyak tempat, melalui ngurup adalah ada keiklasan yang timbul dan mudah2an bukan keiklasan yang dipaksakan, melalui ngurup kita belajar kesepakatan adalah jalan kita untuk saling menerima satu sama lain.
Untuk yang mencoba mengenang kembali NGURUP dan DEREP, mari sama sama untuk merefres kembali memori yang mungkin sudah mulai hilang diingatan, bahwa dari desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) yang pernah menjadi latar belakang kita semua sebagai putra dan putri desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ), adalah hal yang mungkin kita bisa lakukan adalah meluangkan waktu barang sebentar mencari informasi yang lebih dalam mengenai latar belakang kita, baik mencari dalam arti tidak langsung ataupun mencari dalam arti secara langsung yaitu berkunjung kembali ke latar belakang yaitu kembali ke desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Mari ingat kapan terakhir kali kita kembali ke latar belakang, kembali ke desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ).

Andriyadi, 22/03/2018

Tuesday, March 20, 2018

TURUS

Turus, kata ini adalah sering digunakan warga didesa kami desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( gesikan, waled, gedong , kaliwatu ) dan mungkin desa desa dijawa pada umumnya untuk menandakan satu batas area suatu tanah satu dengan tanah disampingnya. Biasayanya turus ini mengunakan tanaman / tumbuhan dan di tanam disepanjang batas tanah satu dengan tanah disampingnya. Kebanyakan tanaman yang digunakan rata rata yang dijumpai didesa paitan dan sekitarnya adalah tanaman mojo dan tanaman tetean. Tanaman mojo memiliki batang yang kuat dan berumur lama ( persisnya berapa tahun pohon ini bisa bertahan hidup, peru kajian dari mungkin orang biologi ). Tanaman mojo memiliki daun yang lumayan lebar, bisa berbuah bulat dan menimbulkan bau yang sangat menyengat apabila sudah busuk / sudah pecah. Kalau tanaman / tumbuhan tetean lebih kecil batang nya dari pohon mojo, memiliki daun yang kecil dan hidup bergerombol menyatu dengan yang lainnya. Pohon / tumbuan tetean memiliki buah yang sangat kecil dan lebih kecil dari biji kelereng pada umumnya. Kalau untuk estetika turus, antara pohon mojo dengan pohon tetean, pohon / tumbuhan tetean memiliki estetika yang lebih bagus dan elok, apabila sama sama kita rawat dan kita pelihara antara kedua pohon / tanaman tersebut.

Turus didesa paitan dan sekitarnya ( gesikan, waled, gedong, kaliwatu ), adalah wujud kebudayaan yang sudah ada sejak jaman dahulu kala, paling tidak sejak saya saya mengetahui perbedaan ini dan itu. Ini adalah perpanjangan dari undang undang agrarian yang ada sekarang ini, bahwa semua kepemilikan tanah harus memiliki batas batas yang jelas antara tanah satu dengan tanah yang lainnya. Dengan pengunaan tumbuhan sebagai turus didesa paitan dan sekitarnya ( gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) adalah hasil dari budaya dan latar yang ada diseputaran desa paitan dan desa disekitarnya ( gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Faktor kemudahan dan kepraktisan mungkin menjadi salah satu pertimbangan yang saat itu sehingga timbul pemakaian tumbuh tumbuhan untuk pembatas antar tanah satu dengan yang disampingnya yang didesa paitan dan sekitarnya dinamakan turus. Dan factor yang kedua menjadi alasan adanya rasa saling percaya antar warga yang mempunyai tanah berdampingan tersebut, bahwa kebaikan antar keduanya adalah menjadi nomer satu sehingga tidak aka akan ada yang namanya penyerobotan antara kedua warga yang mempunyai tanah berdampingan tersebut. Disini adalah saling percaya antar warga didesa paitan, yang mungkin saat saat ini sudah sangat sedikit sekali diterapkan apabila kita mendengar / melihat berita berita yang ada diperkotaan. Rasa saling tidak percaya, menjatuhkan satu sama lain, menjelek jelekan pihak lain adalah yang tiap hari kita jumpai akhir akhir ini di media yang tiap hari kita lihat.

Melalui turus ini, kita belajar bahwa ada rasa saling percaya, rasa saling menghormati, rasa saling menghargai, rasa saling pihak diluar diri kita adalah sama seperti kita yaitu pihak yang berusaha ini menjaga kepunyaan yang sudah kita miliki, bahwa pihak lain adalah pihak yang harus kita hargai, hormati dan saling menjaga perasaan antar masing masing kita.

Melalui turus, kita belajar batas, kita belajar bahwa ada pihak pihak lain yang juga mempunya batas juga, artinya dalam satu garis pembatas kita hidup berdampingan satu sama lain. Daun yang menjorok kearea tanah tetangga adalah seharusnya sudah dipotong duluan sebelum menganggu tetangga kita.

Melalui batas kita belajar bahwa batas adalah awalan kita memulai lahan tanah yang kita punyai, melalui turus adalah kita memulai mencangkul tanah yang kita punyai, melalui turus adalah kita memulai menanam tumbuhan, melalui turus kita memulai menyirami dan menyiangi lahan kepunyaan kita.

Melalui turus kita belajar arti batas yang sesungguhnya.

Andriyadi, 20/03/2018

Monday, March 19, 2018

SD PAITAN KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

Alur adalah ibarat rantai yang saling menghubungkan dari awal menjadi selanjutnya dan selanjutnya lagi kemudian sampai kepada titik ataupun tempat ataupun apaitu namanya yang dinamakan terakhir atau malah yang tersebut tadi adalah kembali ketempat yang pertama tadi. Uraian ini adalah pengantar untuk mengambarkan perjalanan sekolah sekolah ( saya sengaja tulis menjadi dua, untuk mengambarkan bahwa jumlah sekolah ditempat ini pernah lebih dari satu ). Desa paitan kecamatan kemiri kabupaten purworejo provinsi jawa tengah, saat ini hanya mempunyai satu sd negeri dan tidak mempunyai sd selain ini, layaknya satu desa yang lumayan jauh / tidak begitu jauh dari kota kabupaten / kota kecamatan, sangat wajar kalau sekarang ini hanya mempunyai satu sekolah dasar saja. Banyak alasan dan pertimbangan yang mendasari bahwa saat ini desa paitan hanya mempunyai satu sd saja. Berikut ini saya menguraikan sedikit perjalanan sekolah dasar / sekolah paud + taman kanak kanak yang ada didesa paitan ( tentunya dengan segala kerendahan hati, bahwa data actual dan data yang lebih konkrit, saya tidak memilikinya, ini sebatas pengetahuan yang saya dapatkan dari warung kopi / obrolan2 sesaat antar saya dan warga didesa, yang tentunya bukan obrolan resmi, melainkan obrolan senggang basa basi yang tentunya tidak bisa dipertanggung jawabkan keakuratanya. Adalah sebagai berikut urunan rembug yang bisa saya haturkan ( yang dihaturkan adalah waktu dimana setelah tahun 1992, dimana saya memulai sekolah sekolah dasar kelas satu ) :

1. Desa paitan waktu tahun 1992 masih mempunyai dua sekolah dasar, masing masing bernama SDN PAITAN 1, yang berlokasi di sekitaran masjid An nur Desa paitan, SDN PAITAN 1 pada masanya merupakan yang pertama berdiri dan rata rata siswa yang belajar disitu adalah warga desa yang masuk di wilayah pemerintahan dusun 1 dan dusun 2.
Yang kedua bernama SDN PAITAN 2, yang berlokasi tepat dipertigaan selatan desa paitan, desa ini berdiri setelah beberapa tahun …….( monggo diisi ) SDN PAITAN 1 berdiri. Siswa yang bersekolah didesa ini rata rata adalah anak anak yang berada di wilayah pemerintahan kadus 3 dan kadus 4. Saya termasuk masuk diwilayah kadus tiga dan bersekolah di SDN PAITAN 2 pada tahun 1992, banyak cerita dan lain kali akan saya tulis sendiri di bab yang lain.

2. Waktu tahun saya masuk sekolah dasar belum ada yang namanya play group ( dari segi namanya saya kurang setuju ) dan taman kanak kanak, siswa yang akan bersekolah langsung masuk ke sekolah dasar dan kelas satu, seingat saya hanya batasan umur yang menjadi pertimbangan bisa atau tidak masuk bersekolah.

3. Pada tahun ….. ( monggo diisi sendiri – Kurang lebih tahun 2000an ), berdirilah taman kanak – kanak, yang kalau tidak salah letaknya di SDN PAITAN 2, Tepatnya diperumahan guru, sebelah utara area sekolah SDN PAITAN 2.

4. Pada tahun …. ( monggo diisi sendiri ) dua SD tadi ( SDN PAITAN 1 dan SDN PAITAN 2 melebur jadi satu, dan pusat pendidikan dipusatkan di SDN PAITAN 2, kemudian SDN PAITAN 2 berubah nama menjadi SDN PAITAN. Banyak pertimbangan dan kalkulasi tentunya untuk meleburkan dua SD menjadi satu, dan tentunya dari dinas terkait ( dinas pendidikan ) adalah merupakan pihak yang berwenang yang menjawab pertanyaan ini. Dan bersamaan dengan ini pula, Taman kanak kanak yang tadinya ada di perumahan SDN PAITAN 2 berpindah tempat disalah satu ruangan yang ada di SDN PAITAN 1. Banyak cerita dan banyak kebudayaan yang berkembang tentunya untuk perjalanan desa paitan kedepannya dengan membaurnya dua sd menjadi satu dan didirikannya taman kanak kanak.

5. Pada tahun ….. ( monggo diisi sendiri ), didirikan play group didesa paitan, saat ini tersentral di salah satu ruangan di balai desa paitan. Sebetulnya dengan nama yang melekat saya pribadi tidak menyetujui dengan nama tersebut, tetapi apa yang tidak bisa kita terima dengan apapun yang ada diluar diri kita, pada akhirnya adalah keseimbangan yang menjadi prioritas untuk berlangsungnya kehidupan baik untuk pribadi / orang banyak.

Pada akhirnya saat ini tahun 2018, desa paitan mempunyai satu sekolah dasar, satu taman kanak kanak, satu play group. Semua anak anak didesa paitan sepertinya wajib/ atau sudah menjadi barang umum dan menjadi wajib untuk melalui semua jenjang pendidikan/ bukan pendidikan. Dimulai dari play group kemudian taman kanak kanak kemudian sekolah dasar.

Sebetulnya masih banyak uraian yang kiranya kita ceritakan dan unek unek yang kita bisa curahkan, lain waktu apabila ada waktu dan kesempatan untuk banyak kita bercerita, dengan senang hati akan kita tuangkan dalam tulisan selanjutnya.

Untuk para perantauan yang mempunyai latar belakang sejarah desa paitan, mari berbagi uneg uneg dan cerita cerita yang pernah dialami dan pernah di dengar mengenai apapun yang ada didesa paitan. Hal sesuatu yang terkecil pun mampu menjadi ini nilai yang tak berhingga untuk anak cucu kita dimasa akan datang. Perlindungan dan imunitas yang paling kuat kita berikan untuk anak cucu kita dari gempuran gempuran budaya global adalah pengenalan dan kemudian kenal dengan budaya dan latar belakang asli dari lingkungan yang kita miliki.

Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan, dan mohon masukan untuk perbaikan – perbaikan kedepannya.

Andriyadi, 19/03/2018

SRAWUNGIPUN DESO PAITAN KALIAN DESO GESIKAN


Srawung, Nek ngomong tetembungan srawung iku onone mung barang seng silir, alus, tentrem, podo le rakete. Sesrawungan antarane wargi deso paitan kaleh wargi deso gesikan kuwi rakete ibarate gambar kaleh ( 2 ) seng ono theng duit kencring 500 utowo 1000 rupiah.
Letake ono ing kecamatan kemiri, kabupaten purworejo, provinsine jawa tengah, deso loro iki nek secoro area geografise kur keletan turus ( roto2 turus ng deso kaleh meniko iki nganggo wit2an mojo utuwo tetean ), mergo ibarate wong tetanggan kuwi cerek / cedak / edep banget. Komunikasi ing sedoyo bab lan perkawis antarane desa paitan lan deso gesikan meniko saben dinone prosentasene dhuwur, koyoto theng bidang pertanian, bidang olahraga, bidang perkebunan, peternakan, pemerintahan, nganti bab utowo perkawis seng rodo amis mambunipun ugo kasebar cepet theng loro deso meniko ( deso paitan kaleh deso gesikan ). Nek wong liyo sangking daerah njobo, arah jaluripun tiang meniko bakale nemuni deso paitan riyen, banjur ketemu pertelon seng wonten sd paitan 2, pertelon meniko lajeng ngaler, dugi pertelon pertama meniko sampun dugi wilayah deso gesikan.
Deso gesikan nek sangking lafal pengocapan meniko sami kaliyan lafal / pengucapan ingkang tiang wargi deso paitan ucapaken ( khususipun deso paitan sebelah kilen ), amargi sangking seringipun le sesrawungan. Theng saben srawung, theng kebon srawung, theng ratan srawung, theng pasar srawung, theng lapangan srawung, theng pundhi kemawon srawung.
Alhamdulilah, sampun dangu sanget mboten nate mireng antarane wargi tiang paitan niku ribut/ acroh datheng wargi tiang gesikan. Nek riyen2 wektu taksih kathah lare lare alit dugi ageng ingkang taksih acroh/ribut antaranipun deso paitan kaleh deso gesikan.
Mergi perkembangan pendidikan lan perkembangan kabudayan ingkang sakmeniko sampun maju, inggih meniko factor ingkang ageng dados pengarus kangge sesrawungan ingkang sae dateng deso paitan kaleh deso gesikan. Sakmeniko lare lare roto roto sampun sami sekolah sangking sekolah paud – sekolah tk – sekolah sd – sekolah smp – sekolah sma, namung sakedik lare ingkang mboten sekolah, meniko roto2 mboten amargi mboten wontenipun ragad/nopo biaya, namung amargo lare meniko bandel / mblubud amargo kegowo lingkungan ingkang mboten sae.
Mugo2 sesrawungan ing wargi deso paitan kaleh deso gesikan tetep sae, langeng, saged mujudaken keekonomian ingkang sae, lajengipun saged tentrem, bahagia warginipun ing kaleh deso inggih meniko deso paitan kaleh deso gesikan.
Kangge tiang/lare perantauan ingkang sampun danggu mboten kondur theng ndesonipun, inggih meniko deso paitan menopo deso gesikan, sumonggo menowo wonten wedal lan sak liya-liyane kersoo kondur theng latar belakang ingkang sampun ndadosaken awake piyambak dados menopo sakmeniko.

Kathah kalepatan nyuwun ngapuro, salam sesrawungan kaleh sedoyo kemawon.

Ngapunten bosonipun theng mblasak mboten wonten aluripun.

Andriyadi, 19/03/2018

Friday, February 16, 2018

UBIN - KECRIT - IDU - IRING - LUPIT - BAHU

Setiap daerah mempunyai istilah dan ukuran masing masing yang disepakati oleh semua orang. tidak terkecuali daerah / desa paitan, daerah yang terletak dikecamatan kemiri kabupaten purworejo, yang diapit oleh desa gesikan disebelah utara, disebelah timur wilayah ngrepucung/gedong, desa waled disebelah barat dan di sebelah selatan berbatasan dengan desa kaliwatu bumi. daerah paitan begitu juga dalam istilah ukuran tanah, sudah sejak jaman dulu mempunyai ukururan tanah yang disepakati bersama untuk menyebut luas area suatu bisang tanah. tidak seperti ukurun yang lazim diketahui oleh anak - anak muda jaman sekarang, banyak dari anak anak muda jaman sekarang tidak mengetahui persis berapa luas terkecil yang menjadi kesepakatan antar orang bila di jadikan ukuran yang lazim saat ini digunakan di sekolah sekolah formal. ada garis yang terputus, apakah keterputusan garis itu disengaja ataupun tidak sengaja, ataukah ketidak mauan anak muda sekarang untuk mempelajari sesuatu yang tidak diajarkan oleh sekolah formal, ataukah orang - orang tua kita yang belum sadar untuk sekedar memberi tahu hal tersebut, ataukah kedua faktor tadi yang menjadi penyebab terputusnya garis informasi tersebut dan ataukah malah keempatnya yaitu disengaja - tidak disengaja - anak muda - orang tua. memang ini bukan hal pokok untuk menjadi penunjang keberlangsungan kehidupan seseorang, seseorang akan dengan sangat lancar apakah tau ataukah tidak tau dengan sesuatu ha yang terputus tadi.
Kembali kepada satuan terkecil didesa paitan, lebih spesifik ke ukuran tanah baik itu untuk sawah, ladang dan pekarangan adalah ( ngapunten mbok bilih wonten istilah nopo kemawon ingkang kulo mboten leres ) sebagai berikut ini :
1. Ubin, Satuan pertama ini adalah satuan terkecil ( sekali lagi mohon maaf apabila ini adalah keterbatasan apabila masih ada satuan yang lebih kecil lagi, yang belum saya ketahui ) yang ada didesa paitan, dan mungkin untuk daerah sekitar didesa paitan dengan jangkauan wilayah yang perlu ada penelitian lebih lanjut. 1 Ubin = 14 M2 ( Info ini adalah saya tangkap dari obrolan2 warung kopi yang bisa saya saring dari beberapa orang didesa saya, kata beliau " Nek sak ubin kuwe podo karo dowone 14 lebare sak meter, lah kuwe ombone seng jenenge sak ubin  ). Menurut sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Bahu_(agraria) 1 Ubin  = 14,0625 M2
2. Kecrit, Satuan yang kedua ini adalah kelanjutan dari satuan ubin tadi, Luasan standart pada umumnya orang - orang didesa paitan mempunyai satu petak sawah adalah sak kecrit, untuk sak kecrit = 30 Ubin = 420 M2. Satu petak sawah ini yang sekali panen kemungkinan hanya menghasilkan padi 2 - 3 kwintal gabah basah ( ini adalah perkiraan yang tidak ada dasar ilmiahnya ), Hasil yang sangat tidak mencukupi untuk kebutuhan makan satu keluarga dengan dua anak sampai dengan musim panen selanjutnya tiba. artinya apabila dalam satu keluarga hanya mempunya satu petak sawah dengan ukuran ini akan sangat besar kemungkinan untuk " nempur " sebelum panen selanjutnya tiba. 
3. Idu, Satuan yang ketiga ini adalah kelanjutan dari Kecrit tadi, Luasan sak idu ( rata rata orang orang desa paitan menyebutnya, sak = satu artinya sak idu = satu idu ) adalah sama dengan 2 ubin, 1 Idu  = 2 Ubin. Ukuran yang lumayan luas untuk ukuran keluarga sederhana dengan dua anak. apabila kepala keluarga punya pekerjaan sampingan lainnya maka dalam durasi antar panen keluarga tersebut kemungkinan besar tidak akan melakukan " nempur ", kalaupun iya mungkin dalam jumlah waktu yang relatif singkat kelurga tersebut melakukan " nempur ".
4. Iring, Satuan selanjutnya adalah ukuran yang sudah termasuk dalam kategori sangat besar untuk ukuran keluarga sederhana dengan dua anak, Sangat dimungkinkan keluarga tersebut melakukan penjualan ataupun ada sisa gabah sampai panen selanjutnya tiba. Untuk Luasan 1 Iring Sama dengan  2 Idu.
5. Lopit, Satuan selanjutnya ini sangat jarang dijumpai pada penyebutan didesa paitan, Untuk 1 Lopit itu sama dengan 2 Iring.
6. Bahu, Satuan yang selanjutnya ini adalah satuan terakhir ( menurut pengetahuan penulis, sekali lagi adalah keterbatasan yang saya punyai ) sekaligus yang terbesar dari satuan sebelum - sebelumnya. untuk 1 Bahu sama dengan 2 Lopit, bisa juga sama dengan 4 Iring, Bisa juga 8 Idu, Bisa juga 16 Kecrit. Adalah kaya untuk ukuran satu keluarga apabila mempunyai satu bisang tanah dengan ukuran tersebut. 
Dari beberapa ukuran tanah tersebut diatas mungkin didaerah daerah lain disekitar desa paitan mempunyai ukuran sendiri yang disepakati oleh semua orang yang ada disekitar. Pada prinsipnya ukuran adalah kesepatan yang dibangun oleh orang orang banyak dan semua orang disuatu wilayah tertentu. 
didesa paitan sendiri ukuran ini masih sangat kental dan masih dipakai dalam urusan agraria, dalam urusan jual beli sebidang tanah, dan biasanya harga akan di rata - rata untuk satu ubin bidang tanah tersebut mempunyai harga berapa.
sekian beberapa info yang pernah saya ketahui, mohon tambahan dan koreksi karena sangat mungkin informasi yang pernah saya peroleh dan saya tuangkan disini masih ada kekeliruan.

Salam wong ndeso,

Sunday, April 17, 2016

SAPA SENG NGERTI ( MBOK )

Kiye dino, wes akeh seng diliwati, akeh seng rung ngerti koyo apa mbiyen mulo2ne seng wes dilakoni seko sejarah awal seng wes tau kaleksanan ing daerah kiye. Daerah seng jare pernah diliwati utowo wes tau dipanggoni dening kanjeng sunan kalijogo ( podo2 ra ngertine tur kur jare, nek kepingin ngerti temenan yo podo2 sinau sejarah_nek gi pas gelem) iki dadi dalan seng tak tekan mbesok rep tak lakoni ngo wektu2 ngarep urip ng ndunyo. Daerah seng jare ono kalen seng ngawe poro wali mergone tekan saiki ra tau ilang tur eseh ono kalene, mung bedone soyo cethek mergo ra tau di rumat. Nek miturut pakar irigasi yo kahanane saiki ra klebu saluran seng cocok nggo miline banyu. Ojo kaget nek ono salah siji utowo salah loro malah2 akeh wong nang daerah iki akeh seng eseh turunane kanjeng sunan  kalijogo ( yo kur mbedeg, sapa ngerti ). Deso iki saiki jenenge paitan, mbiyen ono aranedaerah krajan ( iso wetan lan kulon ) ono ugo pedukuhan lan daerah ngronggongan. Sopo ngerti pertelon lurung seng jare saiki akeh medine ( mbiyen saurunge akeh lampu pln ) mbiyen daerah kuwi dadi seng nggo ngaso utowo seng nggo nyusun strategi perange pangeran diponegoro. Sopo ngerti wong seng paling awal mbabad alas ng daerah krajan kuwi salah sijine wong seng niat ngolek ngilmu urip, sopo ngerti wong kuwi seko kerajaan mojopait_opo meneh jamane hayam wuruk lan patih gajah modo. Sopo ngerti daerah iki mbiyene daerah seng paling akeh nyumbang upeti seng paling akeh seko daerah liyane ng kerjaaan mataram.  Ugo sopo ngerti daerah iki daerah seng nggo ngrembug priwe carane kerajaan jawa hindu budha iso runtuh ng tanah jawi. Sopo ngerti daerah iki daerah seng nyumpang prajurit2 kerajaan jawa seng paling ampuh banding karo liyane.
Deso paitan seng saiki rasane eseh banget le kurang roso jawane, gotong royonge eseh ono pora yo ( kerigan dalan deso, dandan oloran, bedag tikus, lan liyane ), rodo kurang ngrumat_(salah siji utowo salah loro mungkin eseh ono seng gelem seng nguri2 ) seng wes tau ono lan dilakoni wong2 ng ndeso paitan. Jaran kepang turonggo  muda sekiye eseh mlaku, mugo mlaku tekan ngesok ngembem ben anak putu kabeh iso ngerti lan melo nguri2 onone kuwi. Kunthingan ? kesenian opo kuwi ? opo seng sholawatan jowo terus ono tabuhane klonengan jowo ?.  lumpang, poro, lesung? opo kuwi ?, Sendaren ? dolanan apa kuwi?
Deso paitan seng roto2 wong enome rung gelem nyemplung sawah melo buruh ngupoyo sego, luwih milih seng liyane seng jarene luwih apik lan luwih ngasilke ( termasuk enyong ). Jane yo kur priwe carane ndeleng sekabehane perkoro, dhuwur endepe perkoro kabeh seko umume nang kahanan ( termasuk seng kapusan seko carane ndeleng).
Deso paitan seng jaman mbiyene ora genah ( opo urung ngerti jane_mergo ra gelem ngluru jane seng kepriwe) alur seko mulo asale babad alas ( opo mungkin udu alas_mung pomahan suwung ), sopo seng ngerteni, sopo seng ngerteni kabeh mau, isone mung mbedeg karo mbedeg, karo ngedegke ati lan pikiran, yoiku jaman mbiyen ng ndeso paitan kuwi poro wali podo kumpul, ngrembug kahanan masyarakat jawi, priwe carane nyebarke agami, sak durunge kuwi mungkin poro biksu budha lan hindu podo nglumpuk ng daerah seng jenenge deso paitan iki kanggo nyebarke agami ugi. Kuwi udu yebar kebohongan utowo nipu salah sijine berita, iki mung priwe carane ngedegke pikiran lan ati kanggo anak putu kabeh seng ora nduweni fakta sejarah onone deso paitan. Mugi slamet dumatheng tiang sedanten deso paitan anggenipun nglampahi menopo ingkang dipun seng mogo kuwaos dawuh, menungso meniko naming manut menopo ingkang dipun dawuhi.

Akeh salahe lan akeh ngawure, sepurone ngeh.

Friday, January 22, 2016

yang menjadi samar


Mengapa banyangan yang mudah terlintas adalah mengenai hal ini ( sekejap pikiran yang melintas dipikiran hal2 jaman dulu yang pernah dilalui, bukan hal2 saat ini yang sedang dilakukan dan kira2 akan menjadi waktu yang akan datang ), yaitu bukan mengenai pekerjaan yang setiap hari saya lalui dari pagi sampai menjelang malam, menjadi buruh dibangunan kontruksi sangatlah menyita semua proses kehidupan yang seharusnya mungkin bisa lebih bisa menikmati kehidupan. Ternyata kejatuhan ataupun ketersengajaan memilih jenis pekerjaan ini harus dijalani dengan sangat mengorbankan setiap proses2 kehidupan semua orang2 terdekat. Tidak menjadi mengapa, dan menjadikan kecil hati, toh semua proses alur perjalanan setiap manusia akan menghasilkan sebuah rangkaian proses yang disetiap proses akan menghasikan sari2 makna yang bisa menjadikan pastinya atau seharusnya menjadi lebih dari sebelumnya. Kembali ke kalimat judul diatas “yang tersamar”, banyak hal2 jaman dulu dikampung saya yang kemungkin adik2 saya saya ini yang sudah tidak lagi mengetahui salah satu ataupun salah banyak sebuah kata, bahkan untuk mengetahui, hanya untuk mendengarnya saja kurasa belum pernah sekalipun. Bukan salah siapa2, yaitu perkembangan jaman yang menengelamkan sebuah budaya dengan dganti dengan budaya baru. Barang atau sesuatu yang jaman dahulu menjadi barang penting dan sehari hari dipakai oleh orang, kini barang tersebut menjadi hilang entah kemana perginya.
Yang pertama yang saya sebut, “Lumpang”, siapa yang masih ingat lumpang, dan siapa yang dirumahnya masih ingat dengan lumpang?? Setahu saya lumpang itu terbuat dari kaya yang dibuat sedemikian sehingga ada cekungan kedalam. Fungsi dari lumpang untuk menghaluskan sesuatu makanan tertentu, bahkan digunakan untuk menguliti gabah menjadi beras dijaman dahulu kala, tentunya masih banyak fungsi dan kegunaan dari pada lumpang yang belum saya ketahui sebelumnya. Sudah lama sekali rasanya sudah tidak melihat lagi barang yang disebut lumpang, dimana di desa saya desa paitan yang masih menyiman dirumahnya “lumpang” tersebut?? Masihkan anak2 sekarang mengetahui adanya lumpang? Taukah mereka bahwa dijaman dahulu untuk menumbuk suatu makan untuk dihaluskan mengunakan alat yang namanya lumpang?, bukan blender ataupun apapun, semoga suatu saat nanti ada yang mau mengiklaskan waktu dan pikirannya untuk mengumpulkan, menginferntarisir, mendata dan mengarsipkan warisan2 jaman dulu dari nenek moyang kita, paling tidak yang pernah menjadi keseharian dan dilakukan oleh nenk moyang kita dijaman dahulu, supaya generasi penerus mengetahai sejarah dan latar perjalanan dahulu kala.
Hal sesuatu yang lain yang mungkin saat ini sudah using ditelinga kita :
1.      Poro
2.      Longan
3.      Gledeg
4.      Dengklek
5.      Koko-ek
6.      Linthungan
7.      Jamuran
8.      Cublak cublak suweng
9.      Mereman
10.  Dan masih banyak lagi, silahkan ditambahkan dikolom komen,

Sekiranya semua proses dari semua budaya yang pernah kita alami menjadi bagian satu kesatuan yang diawal memberi tahu, dan yang diakhir mempelajarinya adalah penghargaan yang tertinggi dari manusia disuatu wilayah, mudah2an itu ada didesa kami.


Nderek pangapunten,21-01-2016

Monday, January 18, 2016

musim polowijo didesa kami

Musimnya memang sudah lewat, tapi berita dan cerita2 susah senang, sukses dan gagal masih ada dibeberapa tempat. Memang sudah lupa dengan apa yang sudah terjadi dan sudah beralih lagi ke kegiatan yang lain yaitu musim tandur. Ya musim tandur saat ini di desa saya sedang berlangsung, jenis apa saja mengenai bibit padi yang ditanam tidak begitu mengikuti ( seingat saya dulu ada IR 64, Deni dan ketan, tapi sekarang jenis2 apa saja yang ada dipasaran saya tidak begitu mengikuti, tentunya sudah banyak temuan dan improvisasi dari jenis2 benih padi yang unggul ). Kembali kemusim yang sudah lewat, yaitu musim polowijo, musim yang berada diantara sesudah panen dan sebulan dimulainya cocok tanam yang berikutnya ini, biasanya sawah sawah didesa saya ditanami Lombok ijo ( cabe hijau besar ) dan musim kemarin adaah musim yang sudah kesekian kalinya ( mungkin puluhan kali bahkan ratusan atau malah ribuan kali musim polowijo, sejak saya kecil sudah ada kegiatan polowijo ini ). Daerah kami ( desa paitan kecamatan kemiri kabupaten purworejo ) berada diantara pegunungan ( dataran tinggi ) dengan laut ( dataran rendah ), apakah ini memang cocok dengan tanaman polowijo sejenis Lombok ijo atau tidak, toh kegiatan ini sudah sangat lama berlangsung, belum ada penelitian mengenai hal ini ( kondisi tanah, kandungan air, jenis Lombok ijo yang cocok, pupuk yang cocok, cara tanam yang bagus, sampai kepada penjualan hasil panen ) dari pihak2/ dinas2 terkait. Toh masyarakat sudah sangat mandiri mengenai hal ini, berawal dari kebutuhan dapur atau ditambah dengan kebutuhan hidup lainnya, polowijo adalah menjadi hajatan besar yang terjadi didesa saya, pemerintah mencanangkan 3 kali panen padi dalam satu tahun ( kalau ngak salah ingat, dan itupun kalau belum berubah slogannya, jangan2 malah 4 kali dalam setahun ), didesa kami sepertinya dan sepengetahuan saya tidak bisa 3 kali dalam setahun, hanya 2 kali plus polowijo itu, ini bukan tanpa alasan, dan bukan keterlambatan dan kemalasan para warga didesa kami desa paitan. Ini adalah wujud dari pemanfaatan para warga yang tidak berbuat lebih banyak lagi untuk mengimplementasikan program 3 kali dalam setahun bagaimana tidak, pada panen dimusim kemarau, setelah panen selesai berlangsung, untuk menunggu air hujan turun dari langit ( ini sangat bergantung dengan alam, dan sepertinya yang sudah sudah adalah sangat lama jangka waktunya ) atau menunggu kiriman air dari waduk wadas lingtang ( rencana dan schedule airnya adalah hak dan wewenang dinas pemerintah terkait ) juga masih ada jeda waktu yang lumayan lama. Maka dari itu, berangkat dari kebutuhan hidup ditambah dengan sedikitnya lahan pekerjaan lainnya, ditambah dengan insting kreatif dari para warganya, dengan tidak ingin lahan sawahnya menganggur begitu saja maka polowijo adalah pilihan yang sangat masuk akal. Durasi waktu yang sangat singkat, dari penanaman bibit sampai bisa di panen membutuhkan waktu kurang lebih 70 hari ( mohon maaf kalau salah ). Yang menjadi kendala klasik sebagai petani apapun jenis tanaman yang ditanam adalah soal kepantasan harga hasil panen. Begitu juga dengan petani polowijo adalah murahnya harga Lombok ijo sewaktu musim panen telah tiba. Dari tahun ketahun masalah ini belum bisa terselesaikan oleh para petani polowijo itu sendiri. Semua hasil panen adalah dibeli oleh seorang pembeli yang juga warga tempatan didesa dengan kalkulasi harga yang sudah ditentukan oleh pembeli tersebut. Tidak ada tawar menawar yang selayaknya penjual dan pembeli melakukan transaksi. Tetapi apa boleh buat, pembeli adalah perwujudan kapitalis yang entah dengan rumus apa mereka bisa membuat dan menentukan harga. Tetapi dalam hal ini saya tetap belajar dari seorang petani polowijo, karena didalam diri seorang petani polowijo, dari mulai proses awal rencana sampai dengan panen, disitu ada keuletan, keteguhan, kemandirian, kepasrahan, daya juang, kepercayaan ke pada tuhan yme. Kembali teringat mengenai banyak sedikitnya rejeki yang akan diterima dan juga perjalanan hidup masing masing manusia, bahwa segala sesuatu itu yang mengatur adalah “ seng ngecat wernane Lombok ”

11:49, 1/17/2016

Betonisasi jalan di desa kami

Ini wujud kecintaan dan peduli ( walau sebenarnya kemungkinan juga belun terasa atau yang menjadi obyek tersebut tidak merasakannya, tapi namanya merasa dekat dan merasa mempunyai maka saya memberanikan diri ) pada tanah kelahiran yaitu desa paitan yang kini sudah banyak mengalami perkembangan dalam hal infrastruktur. Desa yang berada diwilayah karisidenan kedu ( entah sekarang masih ada wilayah ini dalam segi  administratif kepemerintahan atau tidak ), tepatnya di kecamatan kemiri kabupaten purworejo ( yang sebagian besar warganya lebih senang dan lebih percaya diri menyebut asal usulnya adalah dari kutoarjo, mengapa ini bisa terjadi dan menjadi umum di iyakan oleh sebagian banyak atau sedikit dari warganya, semoga ini bukan wujud dari rasa kekurang menghargainya dari apa yang sudah dipunyai ). Kembali ke perkembangan infrastruktur di desa saya, mulai dari jalan desa yang sudah dibetonisasi, gang ( lurung2 ) desa yang juga sudah dibetonisasi, sampai dengan kalen ( parit kecil ) yang sudah mulai diturab ( sender ). Kali ini saya lebih senang membahas betonisasi jalan didepan sd paitan kearah selatan ( yang konon masih dalam cakupan jalan desa dan menjadi tanggung jawab pemerintahan desa, tidak begitu jelas mengenai pembagian hak dan kewajiban mengenai ini, toh juga saya sebagai pemakai jalan, entah itu jalan desa atau jalan kabupaten juga akan berfungsi sama, dan mengenai hak dan kewajiban saya juga sama dalam hal ini ). Jalan yang menghubungkan dari desa paitan ke desa kali watu sebagian jalannya sudah dibeton ( kurang lebih tebal beton +15 cm ) melalui dana dari pemerintah diatasnya ( entah kecamatan, kabupaten, provinsi, pusat, kementrian, atau suatu yayasan ) jalan tersebut berhasil dibangun melalui perencanaan dan implementasi fisiknya adalah masyarakat desa sendiri ( semoga transparansi dan keterbukaan menjadi alasan utama untuk tetap menjujung tinggi tali silaturahmi dan tetap rukun antar sesama warga ). Jalan desa dibangun kira2 lebar +3 meter dengan panjang yang baru bisa dibangun +550 meter ( dengan anggaran yang ada ) dan masih menyisakan panjang jalan dari pertengahan dukuh gronggongan sampai dengan batas wilayah desa paitan dengan desa kaliwatu ( semoga segera bisa dilanjutkan pembangunan fisiknya kembali supaya akses jalan menjadi lebih baik lagi, katanya dibulan april bisa dilanjutkan kembali yang artinya dibulan itu atau bulan sebelumnya akan diterimanya uang dalam jumlah tertentu untuk melanjutkan program tersebut, semoga segera bisa terealisasi rencana tersebut ). Apresiasi adalah untuk sebagian banyak ataupun sedikit dari para warga yang ikut andil dalam proses pembangunan dari awal sekali perencanaan sampai akhirnya bisa jadi sebuah jalan beton ini ( bukan tanpa ada masalah dengan adanya jalan beton ini, tentunya masih banyak kekurangan mulai dari sisi teknis dan sisi kemanfaatan dari jalan tersebut ), secara keseluruhan ini adalah manfaat untuk para penguna jalan khususnya warga paitan, baik yang akan menuju ke desa kaliwatu maupun para warga yang akan melakukan aktifas di sawah.

Nderek langkung lan nyuwun agunging pangapunten,17/1/2016

Wednesday, December 15, 2010

ora apa apa (desa paitan)

Kata pertama yang tertulis diatas ( bahasa jawa artinya tidak apa apa ) dan sekaligus sebagai judul dari tulisan ini adalah wujud dari keinginan dari seorang anak muda yang menginginkan apa yang sudah menjadi warisan dari nenek moyangnya untuk selalu dipegang teguh, supaya kelestarian dan keberlangsungan sebuah tradisi dan budaya dapat terlestarikan. Untuk sedikit mengurai maksud judul yang tertulis tersebut, disini akan dijelaskan secara terperinci. Walaupun tanpa data data ataupun sumber yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, tetapi apa yang diuraikan ini adalah sesuai dengan pengalaman langsung sang penulis menghabiskan hidupnya hingga menginjak dewasa seperti sekarang ini ( lebih tepatnya sekarang si penulis merantau ke seberang ). Pertama tama untuk memulai kegelisahan penulis adalah bahwa daerah satu ini adalah daerah yang sungguh tidak menarik untuk para wisatawan (tepatnya karena belum ada promosi dari pihak terkait ), masuk dalam wilayah ibu kota provinsi jawa tengah tetapi lebih dekat dengan daerah istemewa djogjakarta dari pada kota semarang. Tepatnya berada di kabupaten Purworejo, kecamatan Kemiri, desa Paitan. Disebelah barat berbatasan dengan desa Waled, sebelah utara berbatasan dengan desa Gesikan, dan sebelah timur berbatasan dengan desa Tunggorono serta disebelah selatan berbatasan dengan desa Kaliwatu. Perjalanan menuju ke kecamatan Kemiri kurang lebih memakan waktu 15 menit, Sedangkan perjalanan menuju kabupaten Purworejo memakan waktu 45 menit, keduanya itu apabila ditempuh mengunakan sepeda motor. Perjalanan ke Semarang kira kira memakan waktu 3 jam seandainya mengunakan sepeda motor ( kalau yang ini penulis belum pernah membuktikannya sendiri ). Desa Paitan terbagi menjadi beberapa dusun yaitu krajan wetan, krajan kulon, pedukuhan dan gronggonggan. Tidak ada keistimewaan lebih dari desa ini, hal menonjol yang bisa saya tangkap setelah sekitar 24 tahun mengaku menjadi generasi penerus desa tersebut adalah adanya perbedaan lafal bunyi dari kata yang diucapkan oleh setiap warga dusun. Aneh memang dalam satu desa (satu kepala pemerintahan yaitu kepala desa) yang luas wilayahnya sangat kecil (luas tepatnya kurang paham tapi seperti desa desa dijawa pada umumnya ) tetapi mempunyai perbedaan dalam hal bahasa yang digunakan para warga dalam percakapan sehari hari. Perbedaan yang maksud disini adalah pemakaian vocal a dan vocal o yang digunakan oleh masayarakat didesa ini. Memang tidak semua kata kata yang mengalami perbedaan tetapi bagi saya pribadi yang orang awam dan bukan peneliti bahasa ataupun ahli bahasa, sangat kagum dan merasa aneh dengan perbedaan yang dimiliki desa paitan. Perasaan kagum dan aneh yang saya miliki tidak serta merta membuat saya untuk mencari tahu (paling tidak dengan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana). Bagaimanapun juga kekaguman yang saya miliki atas perbedaaan pelafalan bunyi kata kata yang hanya dimiliki oleh desa paitan (setahu saya desa desa lainnya disekitar tidak memiliki seperti yang dipunyai desa paitan) tidak berarti membuat saya merasa lebih dari daerah lain. Kekaguman yang saya miliki semata mata untuk lebih menghargai arti dari sebuah perbedaan. Saya berikan contoh yang sederhana untuk menjelaskan perbedaan bunyi pelafalan kata kata itu antara lain : apa dan opo (hanya krajan wetan yang mengunakan kata opo), sapa dan sopo (hanya krajan wetan yang mengunakan kata sopo), dan lain lain. Krajan wetan yang cenderung ikut bahasa jawa djogja solo (walaupun jauh dari mendekati mirip) sedangkan krajan kulon, pedukuhan dan gronggonggan mengikuti bahasa jawa tegal banyumasan (walaupun tidak bisa dinamakan bahasa jawa ngapak). Mungkin bisa lebih tepatnya kalau desa saya ( yang bersangkutan pergi merantau ) adalah daerah abu abu (peralihan) antara bahasa jawa djogja solo dengan bahasa jawa tegal banyumasan. Seperti kebanyakan budaya di Indonesia, budaya budaya tersebut harus berjuang keras untuk mempertahankan diri supaya tidak ditinggalkan oleh kerabatnya sendiri dari pembuat budaya tersebut. Budaya budaya tersebut harus berjuang keras melawan “gengsi”. Saya menyebutnya gengsi karena kebanyakan budaya budaya lokal kalah oleh budaya yang datangnya dari luar dan dianggap modern. Hanya budaya budaya yang mampu mengikuti gaya hidup manusialah (akibat dari “gengsi”) yang bisa bertahan walaupun budaya yang digunakan hanyalah semu belaka. Seperti halnya budaya didesa Paitan yaitu perbedaan bahasa antara pelafalan bunyi kata vocal a dan vocal o, salah satu dari bunyi pelafalan tersebut mulai di tinggalkan oleh pengunanya, yaitu bahasa jawa dengan pelafalan bunyi vocal a. Para warga di desa Paitan lebih memilih pelafalan bunyi yang mengunakan vocal o. Bahasa jawa dengan pelafalan bunyi vocal a dipersepsikan oleh masyarakat desa paitan (khususnya kalangan muda mudi) dengan kampungan, rendahan, tidak sesuai dengan jaman modern, tidak cocok untuk pergaulan. Meminjam istilah dari komedian sekaligus pemandu acara program stasiun tv Tukul arwana bahwa bahasa jawa pelafalan bunyi vocal a (khusus didesa saya) adalah katrok. Sebagian kalangan anak muda mudi di desa ini yang meliputi krajan kulon, pedukuhan dan gronggongan enggan untuk mengunakan bahasa jawa dengan pelafalan bunyi vocal a, hanya sebagian kecil dari anak muda saja yang mau mengunakannya. Mereka lebih memilih bahasa jawa dengan pelafalan bunyi vocal o karena alasan yang sudah disebutkan diawal tadi. Kalau ini dibiarkan terus menerus bukan tidak mungkin, hanya dengan hitungan tahun saja keunikan dan kekhasan dari desa ini akan segera hilang ditelan “gengsi” tersebut. Berangkat dari rasa keprihatinan inilah, saya pribadi mempunyai kewajiban terhadap diri sendiri untuk bertekad melestarikan budaya bahasa jawa pelafalan bunyi vocal a (penulis tempat asalnya krajan kulon) dengan cara memulai dari diri sendiri. Memang ini butuh kekuatan yang ekstra lebih supaya bisa menahan gempuran (baca pengaruh) dari bahasa jawa pelafalan bunyi vocal o, dengan cara tidak malu mengunakan bahasa jawa pelafalan bunyi vocal a dengan orang orang satu asal supaya bahasa jawa pelafalan bunyi vocal a tetap eksis walau dengan susah payah untuk bertahan. Bagi saya melestarikan Sesuatu yang sudah diwariskan oleh generasi generasi terdahulu adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh generasi penerus. Menjaga dan melestarikan dengan cara mengunakanya dalam kehidupan sehari hari adalah wujud dari memartabatkan kehormatan diri sendiri. Bukan malah meniru niru budaya orang lain, itu sama saja membuat orang lebih maju sedangkan kita untuk berdiri saja susah payah. Saya tidak anti dengan kebudayaan pihak lain, tetapi alangkah indahnya apabila kebudayaan yang kita punyai dilestarikan supaya warisan dari generasi generasi terdahulu tidak mati ditelan kemajuan jaman. bukankah masa kini yang unggul adalah masa kini yang mau menghormati masa masa terdahulu. Saya pribadi tidak mengatakan kalau kebudayaan lain jelek, Bagi saya tidak ada yang bisa mengukur atapun menilai tingkatan tinggi rendahnya dari suatu kebudayaan, dalam hal ini bahasa. Semua bahasa adalah keajaiban yang mampu dimiliki oleh sejarah perjalanan hidup manusia dimuka bumi ini, melalui proses yang sangat panjang. Butuh ratusan bahkan hingga ribuan tahun sehinga bisa tercipta suatu bahasa unik seperti sekarang ini. Dahulu sebelum manusia menemukan bahasa sebagai alat komunuksi, alat komunikasi yang digunakan hanya mengunakan bahasa tubuh. Sangat sulit jaman dahulu untuk menjelaskan hal hal yang spesifik karena bahasa tubuh yang dapat digunakan sangatlah terbatas, sehinga dengan penemuan bahasa yang diikuti dengan penemuan tulisan, sangat memudahkan orang dalam hal komunikasi. Penemuan penemuan bahasa yang saat ini dapat kita temui bermacam macam adalah buah karya dari sebuah proses perkembangan dan telah mengalami banyak sekali perubahan, sehingga saat sekarang ini kita bisa berkomunikasi dengan lancar kepada sesamanya. Coba bayangkan apabila sampai saat ini manusia belum mampu menemukan bahasa, sungguh sangatlah menderitanya kita dalam hal komunikasi terhadap sesamanya (mungkin kemajuan iptek saat ini belum akan terjadi). Pada dasarnya dan esensi dari sebuah bahasa adalah untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi maksud dan tujuan kita agar bisa sampai kepada orang lain, sehingga sangatlah naif apabila hal yang sangat bermanfaat tersebut (pengkomunikasi ) digolong golongkan ( lebih bagus, lebih sesuai dengan jaman modern, cocok untuk gaul ) yang elemen penggolongannya tidak bisa terdeteksi. Sudah saatnya pemerintah setempat dan para warga di desa paitan untuk sadar dengan keunikan hal ini, keunikan yang tidak di miliki oleh daerah lain. Supaya keberlangsungan keunikan yang dimilikinya tidak tergerus oleh budaya budaya lain. Sehingga budaya yang sudah diwariskan oleh generasi sebelumnya bisa tersampaikan oleh generasi selanjutnya. Jangan sampai generasi yang akan datang hanya bisa mengetahuinya lewat sejarah (kemungkinan besar bukan sejarah tertulis). Padahal keunikan perbedaaan pelafalan bunyi antara vocal a dan vocal o tersebut dapat terlestarikan seandainya para warga menjaganya, dengan cara mengunakan dalam percakapan sehari hari. Apabila perbedaan ini bisa diberdayakan dengan sebaik baiknya, maka banyak potensi yang bisa dimanfaatkan dari desa paitan, diantaranya adalah : wisata bahasa. Masyarakat luar bisa berwisata didesa Paitan, melihat langsung keunikan yang ada di desa Paitan ditambah dengan nuansa alam yang masih alami dan para wisatawan akan disuguhi oleh senyum ramah khas penduduk desa. Disamping itu, desa ini nantinya akan dikenal oleh masyarakat luar karena keunikan perbedaan bahasanya, disamping itu juga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Maka dari itu untuk mendukung agar semuanya bisa berjalan dengan baik, maka perlu perhatian serius dari pemerintah setempat untuk menyiapkan sarana prasarana yang memadai, guna menunjang program wisata bahasa tersebut. Antara lain sarana jalan, sarana transportasi, penginapan yang representative, sumber daya manusia setempat, dan lain lain. Dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah persoalan promosi, melalui pihak yang berwenang pencitraan pencitraan mengenai desa ini (mengenai keunggulan dan pengalaman berharga yang bisa diperoleh apabila mengunjungi desa paitan) harus intensif dilakukan ke luar daerah guna memperkenalkan desa ini ke masyarakat luas. Saya yakin apabila semuanya dikelola dengan baik, maka proyek desa bahasa akan mudah terwujud sehingga kesejahteraan masyarakat setempat akan semakin meningkat dan juga pendapatan pemerintah daerah dari sektor pariwisata juga akan naik Sudah menjadi kewajiban kita semuanya untuk memperhatikan hal hal kecil yang berada disekitar kita, supaya hal hal terbaik yang kita miliki bisa termanfaatkan dengan sebaik baiknya. Mulailah dari diri kita masing masing, mulailah dari hal yang paling kecil yang bisa kita lakukan untuk melangkah ke hal hal yang lebih besar. Dalam lingkup Bangsa Indonesia, Sudah saatnya kita memperhatikan budaya budaya lokal negeri ini, jangan silau dengan budaya yang datang dari luar negeri. Dengan cara mencintai produk produk budaya local masing masing berarti kita telah memperpanjang status Negara Republik Indonesia sebagai Negara yang beraneka ragam (mulai dari suku , agama, ras, bahasa, makanan, dan lain lain). Maukah kita semua ciri khas yang dimiliki bangsa ini hilang? jawaban serentaknya tentu tidak ( bagi orang orang yang punya nasionalisme ). Mari kita tunjukan jati diri bangsa ini melalui penguatan budaya budaya lokal yang dimiliki oleh daerah masing masing. Penguatan yang dimaksud di sini bukan untuk menonjolkan sifat lokalisme sempit, tetapi bagaimana penguatan tersebut bisa mempererat persatuan dan kesatuan sebagai anak bangsa. Dengan semangat toleransi yang tinggi, kita wujudkan perkembangan budaya budaya lokal yang sebesar besarnya. Seperti halnya perbedaan pelafalan bunyi vocal a dan pelafalan bunyi vocal o yang berada di desa Paitan. Mimpi besar saya kelak akan terwujud suatu desa yang dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan DESA PAITAN DESA WISATA. Amin.

Tulisan ini tadinya ingin dikirim oleh penulis kepada lomba penulis pemula untuk kalangan mahasiswa.karena Sesuatu dan lain hal maka tulisan ini tidak jadi diikut sertakan.
Ditulis oleh : Andriy (081378638978), tinggal dipekanbaru, dari desa paitan ( digoogle earth ada)