Tuesday, March 20, 2018

TURUS

Turus, kata ini adalah sering digunakan warga didesa kami desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( gesikan, waled, gedong , kaliwatu ) dan mungkin desa desa dijawa pada umumnya untuk menandakan satu batas area suatu tanah satu dengan tanah disampingnya. Biasayanya turus ini mengunakan tanaman / tumbuhan dan di tanam disepanjang batas tanah satu dengan tanah disampingnya. Kebanyakan tanaman yang digunakan rata rata yang dijumpai didesa paitan dan sekitarnya adalah tanaman mojo dan tanaman tetean. Tanaman mojo memiliki batang yang kuat dan berumur lama ( persisnya berapa tahun pohon ini bisa bertahan hidup, peru kajian dari mungkin orang biologi ). Tanaman mojo memiliki daun yang lumayan lebar, bisa berbuah bulat dan menimbulkan bau yang sangat menyengat apabila sudah busuk / sudah pecah. Kalau tanaman / tumbuhan tetean lebih kecil batang nya dari pohon mojo, memiliki daun yang kecil dan hidup bergerombol menyatu dengan yang lainnya. Pohon / tumbuan tetean memiliki buah yang sangat kecil dan lebih kecil dari biji kelereng pada umumnya. Kalau untuk estetika turus, antara pohon mojo dengan pohon tetean, pohon / tumbuhan tetean memiliki estetika yang lebih bagus dan elok, apabila sama sama kita rawat dan kita pelihara antara kedua pohon / tanaman tersebut.

Turus didesa paitan dan sekitarnya ( gesikan, waled, gedong, kaliwatu ), adalah wujud kebudayaan yang sudah ada sejak jaman dahulu kala, paling tidak sejak saya saya mengetahui perbedaan ini dan itu. Ini adalah perpanjangan dari undang undang agrarian yang ada sekarang ini, bahwa semua kepemilikan tanah harus memiliki batas batas yang jelas antara tanah satu dengan tanah yang lainnya. Dengan pengunaan tumbuhan sebagai turus didesa paitan dan sekitarnya ( gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) adalah hasil dari budaya dan latar yang ada diseputaran desa paitan dan desa disekitarnya ( gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Faktor kemudahan dan kepraktisan mungkin menjadi salah satu pertimbangan yang saat itu sehingga timbul pemakaian tumbuh tumbuhan untuk pembatas antar tanah satu dengan yang disampingnya yang didesa paitan dan sekitarnya dinamakan turus. Dan factor yang kedua menjadi alasan adanya rasa saling percaya antar warga yang mempunyai tanah berdampingan tersebut, bahwa kebaikan antar keduanya adalah menjadi nomer satu sehingga tidak aka akan ada yang namanya penyerobotan antara kedua warga yang mempunyai tanah berdampingan tersebut. Disini adalah saling percaya antar warga didesa paitan, yang mungkin saat saat ini sudah sangat sedikit sekali diterapkan apabila kita mendengar / melihat berita berita yang ada diperkotaan. Rasa saling tidak percaya, menjatuhkan satu sama lain, menjelek jelekan pihak lain adalah yang tiap hari kita jumpai akhir akhir ini di media yang tiap hari kita lihat.

Melalui turus ini, kita belajar bahwa ada rasa saling percaya, rasa saling menghormati, rasa saling menghargai, rasa saling pihak diluar diri kita adalah sama seperti kita yaitu pihak yang berusaha ini menjaga kepunyaan yang sudah kita miliki, bahwa pihak lain adalah pihak yang harus kita hargai, hormati dan saling menjaga perasaan antar masing masing kita.

Melalui turus, kita belajar batas, kita belajar bahwa ada pihak pihak lain yang juga mempunya batas juga, artinya dalam satu garis pembatas kita hidup berdampingan satu sama lain. Daun yang menjorok kearea tanah tetangga adalah seharusnya sudah dipotong duluan sebelum menganggu tetangga kita.

Melalui batas kita belajar bahwa batas adalah awalan kita memulai lahan tanah yang kita punyai, melalui turus adalah kita memulai mencangkul tanah yang kita punyai, melalui turus adalah kita memulai menanam tumbuhan, melalui turus kita memulai menyirami dan menyiangi lahan kepunyaan kita.

Melalui turus kita belajar arti batas yang sesungguhnya.

Andriyadi, 20/03/2018

No comments: