Friday, March 30, 2018

URUP

Urip iku urup
“ URUP “, artinya nyala, dalam artian suatu benda / hardware yang pada umumnya relative kecil, hardware / benda ini pada jaman saya dahulu namanya “ teplok “. Terbuat dari botol / kaleng kecil, di modifikasi sehingga ada sumbu diatasnya. Sumbu inilah yang mentransfer software energy sehingga menjadi api. Api kecil ini lah atas bantuan semua perangkat menjadi penerangan di lingkungan sekitar. Jenis “ teplok “ ini relative lebih pendek radius jangkauan penerangannya. Tetapi kembali kepada judul diatas, yaitu “ urup “ adalah salah satu falsafah pendek orang jawa, bahwa urip iku urup. Bahwa hidup sekecil apapun tindakan yang kita lakukan adalah untuk kebaikan bersama. Urup adalah sebagai objek dari tindakan kita yang tidak ada mempedulikan predikat. Objek adalah berdiri sendiri, pasrah, mengalah, tidak ada domain menguasai, objek adalah sebuah kepasrahan total dengan apapun yang ada di depannya sebagai predikat. Dalam hal ini kita sebagai umat manusia, kita semua adalah objek dari sang maha khalik, allah swt. Kita semua patuh dan tunduk dibarengi kepasrahan yang tulus dengan segala hiruk pikuk yang kita hadapi sebagai manusia.

Kembali kepada term “ urup “, bersama dengan falsafah “ urip iku urup “ seolah mendrive kita sebagai manusia, bahwa ada naluri dibawah kesadaran kita bersama, keseimbangan adalah cita cita semua manusia dengan sandaran dan pijakan “ urip iku urup “. Dengan “ urup “ pelita kecil adalah titik awal kita dalam memulai memandang lingkungan sekitar. Pastinya dengan dengan adanya pencerahan pelita, ada gambaran – gambaran mulai dari yang umum dan general sampai kepada detail detail nya pun kita mengetahui. Akan menjadi bijak tentunya sudut pandang yang dibekali pelita, pelita yang disebutkan diawal tadi adalah “ urup “. Bertetangga menjadi saling pengertian, menghambat masing masing perbuatan yang sekiranya akan menjadi penganggu tetangga kita, begitu juga sebaliknya. Mungkin ini salah satu jalan kita untuk semakin mendekatkan kita kepada sang khalik, allah swt. Apakah menjadi pondasi untuk kita beribadah kepada sang khalik, atau malah perbuatan kita tadi adalah wujud ibadah juga dan akan dicatat sebagai perwujudan lain kepercayaan kita kepada sang khalik.

Falsafah “ urip iku urup “, dalam kata terakhir, mengapa yang sering terdengar oleh kita sebagai orang jawa adalah kata “ urup “, bukan kata yang dengan awalah huruf M, menjadi “ Murup “, disini adalah kebijaksanaan penuh dari orang orang jawa bahwa ada perbedaan mendasar, kata dasar “ urup “ adalah kesucian akan sebuah tindak dan laku kita sebagai manusia, iklas kata lainnya. Dengan tambahan huruf M menjadi “ Murub “ adalah sudut pandang yang lain dari pelita kecil itu, ada goresan kecil da nada noda kecil yang menghantarkan pelita tersebut ke lingkungan sekitar. Ada dorongan nafsu yang mengakibatkan niatan suci menjadi ternoda dengan cita cita bukan kepada Nya. Antara ada dan tidak ada huruf M adalah wujud dari kehidupan yang sering kita alami, baik secara sadar atau tanpa kita sadari dari awal. Karena potensi setiap kita sebagai manusia adalah, ada kecenderungan yang sangat besar untuk selalu mengunakan awalan huruf “ M “. Bukan manusia namanya, permulaan yang kita rencanakan suci dan iklas menjadi sandaran dan pondasi setiap langkah kita, dibarengi dengan kekuatan niatan kita, sangat sering awalan huruf “ M “ menyelinap di pertengahan bahkan dikhiran langkah dan laku kita. Manusia dan semoga terus ada proses tersebut, adalah kekuatan kita untuk sadar kembali, untuk mengusirnya kembali, untuk mencoba kuat, akan munculnya awalan huruf “ M “. Disinilah letak kemanusiaan kita yang hakiki sebagai insan tuhan, bolak baliknya setiap proses dari tanpa menjadi memakai, dari memakai menjadi tanpa, adalah wujud kalbu kita yang memang hakiki sebagai manusia.

Semoga kita kuat dan bisa mampu terus berproses untuk selalu berusahaan tetap dijalan sang khalik, allah swt. Pada saatnya nanti adalah kita sampai kepada satu tujuan, semoga kita semua dipertemukan di satu tempat dan bersama sama dengan sang khalik, allah swt.

“ urip iku urup “

Andriyadi, 30/03/1018

No comments: