Sunday, December 30, 2012

KHAWATIR TIADA GUNA


Tidak seperti biasanya aku bangun sedemikian pagi. Surau disebelah tempat kos belum mengumandangkan adzan subuh. memang luar biasa pada malam ini, aku bisa bangun pada pagi pagi sekali dan sekaligus mematahkan kegiatan rutinitas bagun siang yang selam ini aku jalani. Dan aneh nya lagi aku  harus menyalakan computer jinjing kembali, yang sebelumnya dalam keadaan hidup setelah terakhir kali aku ketiduran saat mempergunakanya. Jam baru menunjukan jam 04.40 pagi. Entah mengapa aku tidak bisa melanjutkan aktifitas tidur yang seharusnya bisa aku manfaatkan sebelum akhirnya aku bangun dan melanjutkan rutinitas seperti biasa yaitu berangkat kerja. setelah lama terpaku dalam keheran heranan terhadap diriku ini, mulailah aku menelusuri tetang apa yang sebenarnya terjadi dengan aku ini? Pasti ada sesuatu hal yang mengakibatkan aku tidak bisa melanjutkan tidur. Toh ini juga ada hikmah dan manfaatnya terhadap aku karena gara gara gak bisa tidur inilah aku mampu menulis sepenggal demi sepenggal kalimat yang akhirnya bisa menjadi sebuah tulisan tanpa topic. Ya  aku menyebutnya tulisan tanpa topic, seperti  biasanya dalam aku menulis (baru tahap belajar) aku hanya menuangkan semua kegundahan yang ada dalam diri ini dan aku tuangkan kedalam tulisan. Ada perasaan lega setelah semuanya tertuang kedalam tulisan begitu juga optimis dan juga semangat akan muncul kembali untuk terus melanjutkan semua kegiatan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Pagi ini yang menjadi kegundahan aku tidak lain adalah kegudahan yang menyangkut dengan apa yang bakal terjadi dihari hari kedepan? Sesuatu yang seharusnya tidak menjadi beban pikiran dan tidak semestinya aku memikirkanya terlalu jauh. Aku terlalu khawatir dengan kejadian terburuk yang bakalan terjadi dengan berawal keadaan aku saat ini. Keadaan yang jauh dari kata imbang. Ada keadaan dimana ketimpangan yang lumayan menyita pikiran ku ini. Haruskah aku terus terbelenggu dengan pikiran khawatir ini? Haruskan aku terjebak dengan kondisi pikiran yang ketakutan seperti ini? Bukankah lebih baik aku tidak memikirkan hal semacam itu? Bukankah aku lebih baik untuk tetap focus terhadap hidup ini dan terus menjalani dengan semangat? Bukan kah lebih baik aku berjuang keras untuk mencari peluang hidup memikirkan yang lebih baik? Bukankah aku lebih baik mengunakan waktu yang ter sisa untuk berbuat sesuatu bukan malah berpikir yang  tidak tidak? Ya.. aku harus bangkit! Aku harus yakin bahwa aku masih punya tuhan yang bisa dan akan membantu umatnya. Keyakinan ini yang akan mengantarkan aku kedalam kehidupan yang lebih optiomis dan lebih semangat untuk mencari peluang peluang demi cita cita di masa yang akan datang. keyakinan itu timbul dan akan terus berkembang seiring dengan komitmen aku untuk menjaga agar cita cita dimasa depan tetap menjadi prioritas hidup. 

SOAL RASA


Apa sih itu kehidupan itu? mengapa banyak sekali perbedaan - perbedaan yang sangat menonjol? Mengapa hidup ini bermacam  macam  warna ( baca sudut pandang ). Terkadang warna itu bisa membiaskan seseorang yang melihatnya, Tergantung dari mana seseorang itu melihatnya. Letak dimana seseorang  memandang  sesuatu itulah yang akan menentukan warna dari pada sesuatu tersebut. Karena yang bermacam macam itulah kita sebagai manusia bebas untuk memilih warna tersebut sesuai dengan keinginan kita. Dari setiap sisi pandang akan melahirkan sesuatu yang berbeda dengan sisi yang lain. Maka dari itu kebenaran yang akan kita peroleh adalah kebenaran yang relatif. Yaitu kebenaran yang benar bila disandingkan dengan sudut pandang yang benar pula. saya  tidak akan meributkan tentang masalah kebenaran itu berasal dari sudut pandang yang mana, tetapi saya lebih tertarik untuk membahas mengenai mengapa seseorang memilih sudut pandang  tertentu yang akan melahirkan suatu kebenaran menurut sudut pandang tersebut.Saya lahir dari keluarga yang serba kekurangan. bapak yang hanya seorang buruh tani dan juga mamak saya yang juga sebagai buruh tani. Kehidupan yang sungguh jauh dari kecukupan. Hari hari dilewati dengan perasaan was was , bagaimana dengan esok hari. Apakah ada sesuatu yang bisa dimakan sebagai  kawan nasi putih esok?. Itu adalah gambaran tebakan mengenai isi hati kedua orang tua saya sewaktu menafkahi keluarga. kehidupan lingkungan sekitar yang cukup tentram dengan sedikit warna islami yang cukup kuat juga menggiringi langkahku sampai ketangga kedewasaan. Hampir tak pernah ketinggalan soal urusan yang berhubungan dengan sholat lima waktu. Dan kebanyakan sholat lima waktu saya lakukan di mushola. Kehidupan rukun terhadap tetangga, saling sapa, gotong royong, tepo sliro masih kental dalam kehidupan saya sampai menginjak dewasa. Kebetulan juga pendidikan formal yang saya peroleh adalah dari pendidikan yang lumayan favorit. Walaupun memang dalam segi prestasi tidak ada yang bisa dibanggakan. Sedikit banyaknya ilmu yang kami pelajari dari tingkat sd sampai ketingkat sma ada juga yang membekas dalam diri saya. Hingga akhirnya saya harus benar benar terjun kedalam masyarakat, berbaur dengan berbagai jenis sifat masyarakat luas. Ilmu yang sudah saya pelajari dan saya dapatkan mulai dari sd sampai ke tingkat sma ternyata sama sekali tidak ada hhubungannya  langsung untuk diterapkan dalam berhubungan dengan masyarakat. Ternyata harus mulai belajar dari nol lagi pikir saya. Inilah pembelajaran yang sesungguhnya, saya harus mampu berbaur dengan masyarakat tanpa harus menimbulkan perselisihan dengan orang lain.Kembali kepada keinginan saya unutk lebih menyoroti tentang  mengapa seseorang memilih sudut pandang tertentu ? factor apa yang melatar belakangi seseorang memilihnya? Pertanyaan yang bisa dijawab dengan berbagai kemungkinan. Kalau menurut saya dan ini  bukan pendapat yang paling benar, boleh setuju boleh juga tidak setuju. Ilustrasi saya di atas mungkin sudah memberikan jawaban tentang pertanyaan tadi. 

TETAP SETIA


Kecintaan kami kepada Negara dan bangsa ini sungguh sangat luar biasa besarnya. Mulai dari ujung timur sampai ujung barat kami suka semuanya, dari ujung utara dan sampai ujung selatan tidak ada yang kami tidak sukai. Semuanya kami senangi, mulai dari hal hal yang kuno sampai dengan yang modern, kami menyukainya tanpa terkecuali. Bangsa dan Negara ini punya kita semuanya, rakyat Indonesia. Semua element bangsa ini mempunyai hak dan wewenang yang sama untuk mengisi berbagai macam kemajuan sesuai dengan kemampuan setiap individu masing masing. Setiap individu bebas mengekspresikan imajinasinya, terutama untuk kemajuan individu tersebut dan lebih mulai lagi untuk kemajuan masyarakat banyak. Setiap individu berhak mencari nafkah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki di tanah air tercinta ini. Yang sebagai pejabat publik, seharusnya melayani keperluan masyarakat dengan professional. Jangan sampai menyusahkan masyarakat yang akan mengurus berbagai macam keperluanya. Tidak jamannya lagi pepatah “kalo bisa lama kenapa harus dipercepat” di akomodasi yang ujung ujungnya menyusahkan masyarakat. Yang bukan pejabat Negara kalau berurusan dengan pejabat Negara, janganlah memperlemah mental para pejabat Negara yang sudah lemah itu. Apa jadinya kalau yang sudah lemah diperlemah lagi. Sudah pasti dia akan tambah lemah dan ujung ujungnya terjadi ketidak adilan. Kita semua tahu kalau pejabat Negara di Negara ini dari level yang paling tinggi hingga ketingkat yang paling rendah sekalipun adalah orang orang yang belum dapat kita banggakan dalam hal prestasi. Dimana dalam melaksanakan tugasnya belum ada komitmen dalam diri masing masing individu untuk melaksanaka kewajiban dengan sebaik baiknya.  Wujud para pejabat Negara yang demikian ini sebagai gambaran masyarakat Indonesia pada umumnya yang juga mengalami “kesakitan”. Butuh perlakuan yang ekstra lebih mulai dari berbagai bidang seperti pendidikan, dakwah agama dan organisasi supaya tercipta masyarakat yang bisa diandalkan.                                                                             Kembali kepada kecintaan kita kepada bangsa dan Negara, wujud cinta kita kepada bangsa dan Negara ini adalah karena kita merasa menjadi bagian untuk hidup di tanah air tercinta ini. Negara ini milik semua elemen bangsa, dari yang kaya sampai masyarakat yang kurang beruntung pun mempunyai hak yang sama kepada bangsa dan Negara. Tetapi kebebasan yang didenggung denggungkan itu belumlah terwujud dalam kenyataaannya. Banyak sekali diskriminasi diskriminasi kepada masyarakat yang lemah. Sebagai contoh yang sederhana dan paling dekat dengan keberadaan kita sekarang ini adalah pedagang jagung yang ada di kota tercinta ini. Saya tidak tertarik untuk membahas tentang peraturan peraturan yang mengatur keberadaan penjual jagung itu. Saya lebih tertarik untu menyorotinya dalam sisi kemanusiaan dan keadilan saja (sila kelima pancasila). Terlebih dahulu, ini bukan hasil survey ataupun penelitian yang penulis lakukan, ini adalah ekspresi tenggang rasa yang penulis berikan kepada para penjual jagung yang ada dikota bersih ini. Pertama dan memang sudah seharusnya dua jempol tangan yang saya punyai, saya acungkan sebagai salam salut kepada anda anda semuanya yang telah berjuang mati matian untuk keberlangsungan hidup anda dan keluarga. Saudara berjuang keras mencari nafkah untuk membeli buku pelajaran anak anak yang sekarang masih duduk di bangku sekolah (biaya sekolah yang katanya gratis ternyata siswa disuruh membeli buku yang toko bukunya sudah ditentukan). Saudara berjuang demi keberlangsungan asap dapur yang seringnya tak mengepul (tabung gas tiga kilo yang di khususkan untuk masyarakat bawah ternyata dibarengi dengan kualitas selang kompor yang bawah pula). Saudara berjuang untuk membayar sewa kontrakan pertiga bulan yang sudah jatuh tempo. Saudara berjuang untuk membeli kebutuhan pokok  sehari hari yang terus naik (pemerintah tidak mampu mengendalikan harga harga yang ada di pasaran). Saudara berjuang  untuk membayar rekening listrik tiap bulannya (ancaman kenaikan tarif dasar listrik yang sudah diisyaratkan pemerintah ). Saudara berjuang untuk mencari biaya pengobatan orang tua yang terbaring dirumah sakit (jaminan kesehatan dari pemerintah jauh dari standar kelayakan kesehatan). Tapi apa yang saudara dapatkan dari pemerintah saudara. Pengusiran, pemindahan tempat, tidak boleh berdagang di sini, dan masih banyak lagi. Apa sih yang dimau oleh pemerintah saat ini. Hanya pemerintahlah yang mampu menjawabnya. Kalau boleh saya membantu menjawabnya yang pertama  karena kota ini terkenal dengan kota bersih dan rapi maka segala sesuatu yang dapat menjadikan kota ini tidak bersih, indah dan rapi harus di singkirkan. Tidak peduli itu masyarakat susah atau bukan. Kalau orang kuat sih tunggu dulu. Yang kedua meyebabkan kemacetan jalan protokol. Demi kelancaran dan kenyamanan para pengemudi kendaraan bermotor dan mobil (rata rata orang kaya bro), orang lemah dihimbau untuk menyingkir dan kalau imbauan tidak mempan maka paksaan pun akan dilakukannya. Yang ketiganya dan seterusnya silakan pembaca yang menambahkanya. Kita semua menyadari apa yang dilakukan oleh para pihak berwenang itu untuk kemajuan kota ini. Masyarakat apresiasi semua pihak yang berwenang (bukan koruptor lho) atas jerih payah (balas jasanya besar kali) dalam upaya untuk membuat kota ini menjadi tertata rapi. Tapi ada satu hal yang harus diperhatikan dalam setiap kebijakan yang di ambil, adanya keserasian dan porsi keadilan kepada semua elemen masyarakat. Jangan sampai ada pihak yang dikorbankan. Jangan sampai pihak yang sudah lemah ditekan terus dan akhirnya minggir dengan serentak. Bertahan tak mungkin karena akan hancur juga tetapi kalau menyingkir jauh lebih hancur. Seperti kasus para penjual jagung, bertahan disitu terus tidak mungkin karena akan berhadapan dengan arogansi aparat tetapi kalau menyingkir mau berjualan dimana lagi. Tempat yang baru tidak akan memberikan penghasilan yang cukup untuk keluarga. Karena konsep dari ilmu perdangangan selain mutu dagangan yang unggul juga lokasi yang strategis untuk menarik para pembeli. Mana mungkin para pembeli mau membeli kalau lokasinya tidak cocok dengan suasana yang diinginkan.                                                                        Begitu juga demi tujuan yang lain seperti supaya tata kota yang lebih menarik. Kalau yang satu ini tidak ada ilmu di Negara ini yang bisa menjelaskan kalau keberadaan penjual jagung itu mengurangi keindahan dan kerapian. Ini hanya persoalan sudut pandang. Tergantung individu masing masing,dari sudut pandang mana mereka memandang para penjual jagung ini. Dalam hal ini yang melatarbelakangi sudut pandang itu antara lain prinsip hidup, kepentingan, pembanding, dan tujuan. Tentunya ini melekat penuh kepada para pihak yang berwenang. Saya percaya para pihak yang berwenang ini mempunyai latarbelakang sudung pandang yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat luas. Kita  menginginkan keadaan kota yang indah, rapi dan enak dipandang mata. Sehingga kita merasa betah dan bangga menjadi bagian dari warga kota. Derajat kita sebagai warga yang kotanya bersih rapi tentunya akan meningkat seiring dengan pengakuan dari warga kota tetangga. Tetapi apalah artinya keindahan dan kerapian yang tampak diluar. Seperti Jalanan yang bersih dan taman kota yang rapi, tetapi di tengah tengahnya kehidupan para warganya yang lemah (penjual jagung) kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya sehari hari. Kita seringkali mempertontonkan wajah wajah yang dipoles dengan bedak bedak kosmetik yang mahal (jalan jalan raya bersih) tetapi kita melupakan hal hal yang lebih esensial dari pada itu yaitu asupan gizi yang masuk kedalam tubuh kita (tergusurnya pedagang kaki lima demi keindahan jalan). Bukankah wajah yang cantik dan molek (tata kota yang rapi) tidak ada artinya apa apa kalau badan yang kita punyai sakit sakitan (masyarakatnya bermasalah dalam hal ekonomi dan sosial)?.Bahkan kita pun seringkali nyaman dalam wajah kepura puraan, kalau ini dibiarkan akan menimbulkan akibat sosial yang lebih besar. Tentunya kita tidak mau mencapai tujuan mulia dengan cara mengorbankan sesuatu yang tidak seharusnya dikorbankan, justru seharusnya sesuatu itu diberdayakan. Kalau boleh memilih tentunya para pedagang jagung bisa berjualan dipinggir jalan sedangkan tatanan kota bisa terlihat rapi dan bersih. Inilah yang akan menjadi pekerjaan rumah para pihak berwenang. Malu dong kepada masyarakat kalau mengurusi ini saja tidak selesai selesai. Semakin ini berlarut larut justru akan merendahkan para pihak yang berwenang itu karena bukan seharusnya para pihak yang berwenang dibuat pusing mengenai hal ini. Mempercepat penyelesaian ini bukan berarti menutup begitu saja pembahasannya, yang lebih kongkrit tentunya penyelesaian yang memberi nilai positif kepada semua yang mempunyai kepentingan. Sudah saatnya pihak yang berwenang mencari jalan terbaik, dan bisa sedikit lebih arif kepada pihak yang lemah guna pengamalan pancasila sila kelima pancasila. Memperlemah disatu sisi untuk memperkuat yang sisi lain tentunya hal yang tidak dikehendaki oleh semua pihak. Bagaimana perkuatan itu bisa berjalan beriringan untuk menuju satu tujuan yaitu harmoni.                                   
Kepada bangsa dan Negara Indonesia janganlah khawatir akan sikap nasioanalisme para penjual jagung (masyarakat bawah pada umumnya). Kami adalah putra putri bangsa yang tetap tidak rela apabila harga diri bangsa ini di injak injak oleh Negara lain. Darah nasionalis ini serasa terbakar untuk mengangkat senjata ke medan pertempuran. Kami adalah golongan yang sudah biasa dibohongi oleh para pejabat pejabat dimasa pemilu tiba. Kami adalah golongan yang menjadi tujuan program anggaran bantuan langsung tetapi itu tidak seutuhnya kami terima. Kami adalah golongan yang benar benar hukum di negeri ini berlaku kepada kami. Kami adalah kami yang tetap setia untuk menyatakan kami adalah seorang nasionalis sejati.                                                                         By.andrie ya