Kembali ke pertanyaan yang sampai
sekarang sudah menjadi pertanyaan kepada diri pribadi, pertanyaan yang muncul
ketika sendu kehidupan ini sedang berlangsung, pertanyaan yang muncul dikala
refleksi kehidupan yang sudah kita jalani selama ini, pertanyaan yang muncul
ketika sepi menjadi teman diri pribadi, tentang hidup, tentang proses kehidupan
manusia yang sampai detik ini diri pribadi adalah sesuatu yang masih belum
menemukan jawaban atas apa yang menjadi pertanyaan pertanyaan tersebut. Hidup
yang bagaimana kita sebagai manusia harus menjalani setiap jengkal waktu baik
itu proses yang kedalam ataukah proses keluar terhadap diri pribadi. Apakah
rumit jawaban itu ? apakah memang setelah mendapatkan jawaban tersebut diri
pribadi akan menjadi lebih baik ? apakah setelah menjadi pribadi yang lebih
baik akan menjadikan kebaikan untuk sekitar. Sebelum sampai terlalu jauh
mendapatkan hasil jawaban dari pertanyaan tadi? Seberapa pantaskah diri pribadi
menjadi bagian orang orang yang menyisih kepada tempat tertentu untuk
berdesakan satu sama yang lainnya mencari satu garis pertanyaan kehidupan, yang
sebetulnya garis pertanyaan tersebut adalah banyak, sehingga karena banyaknya
menjadi tidak terhingga dan absurd dan tidak ada yang namanya garis tersebut. Semakin
jauh kita bertanya kebelakang, semakin jauh kita menerima dan mengiklaskan
sesuatu adalah semua kehidupan ini adalah absurd dan semuanya kosong dan tidak
ada.
Kita adalah ketidak adaan itu sendiri. Apakah kita hanya pasrah disatu
titik ini? Satu titik dimana akan menjadi serangan kepada jiwa jiwa kita
sebagai insan manusia, bahwa wujud negatif dari pengertian kita adalah kosong
adalah tidak adanya daya juang ataupun usaha lebih yang dihasilkan dari term kosong tadi.
Manusia dan hidup adalah satu sisi aktifitas dari sekian banyaknya aktifitas
yang lain dalam rangkaian besar yang sudah tuhan ciptakan.
Lalu harus bagaimanakah hidup
yang seharusnya????
Sekali waktu pertanyaan –
pertanyaan mengenai hidup tidak muncul sama sekali, pertanyaan tersebut hilang
begitu saja dari diri pribadi, sampai sekarang tidak tahu mengapa pertanyaan
tersebut hilang timbul dari diri pribadi. Pertanyaan tersebut apakah sebagai
subyek ataukah diri pribadi yang menjadi subyek atas keduanya? Kalaupun
pertanyaan yang menjadi subyek maka dari itu diri pribadi adalah obyek atas
subyek tadi. Sebagai subyek pertanyaan tersebut menjadi sangat dominan terhadap
diri pribadi, menjadi sangat kejam disaat saat tertentu, menjadi sangat tidak
tahu waktu, menjadi sewaktu waktu menjadikan diri pribadi sebagai obyek yang
tidak mempunyai tenaga dan pikiran untuk menjadi posisi predikat. Tetapi
didalam moralitas kehidupan baik itu antar insan manusia ataupun dengan yang
lain, satu sama lain adalah pihak yang menjadi besar dan mulia untuk secepatnya
mengambil sikap dan perilaku bahwa iso rumongso adalah titik tertinggi dari
moralitas setiap insan manusia. Dalam subyek dan obyek serta predikat yang
dibahas sebelumnya adalah iso rumongso adalah jawaban untuk masing masing
menjadi titik tertinggi dari menjadi mulia sebagai insan manusia
Disaat iso rumongso yang menjadi
lini garis dari pijakan ataupun pengangan diri pribadi, adalah satu pencapaian
yang akan menghasilkan harmoni kepada diri pribadi.
Lahat, 21 Januari 2018