Dewasa ini, system barter ( Ikatan jual beli, yang tidak mengunakan uang
tetapi pertukaran barang A dengan barang B sesuai dengan kesepatan antar
dua orang yang bertransaksi ) sudah jarang sekali dilakukan oleh masyarkat
Indonesia pada umumnya, desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa
gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) pada khususnya. Sejak adanya uang resmi
yang dikeluarkan dari pemerintah, system barter sudah jarang sekali
ditemukan di desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled,
gedong, kaliwatu ). Dengan adanya uang mungkin bisa lebih mempermudah
segala aktifitas ekonomi yang ada di desa paitan dan mungkin desa
sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Tetapi ada waktu
khusus dan masih berjalan sampai saat ini, system barter masih dilakukan
pada waktu tersebut, yaitu pada waktu panen padi/gabah berlangsung di desa
paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu
). Selain proses memanen padi disawah, ada aktifitas ekonomi lainnya yang
terjadi disawah pada waktu panen padi / gabah, ada sejumlah / beberapa
penjual yang menjajakan dagangannya disawah dan orang orang yang sedang
panen adalah fokus dan tujuan untuk daganganya menjadi laku. Uniknya dari
proses kegiatan ini yang tak lain adalah berdagang dimusim panen
padi/gabah, adalah pembeli tidak memakai uang dalam membeli dagangan yang
di jajakan oleh penjual, melainkan dengan menukarnya dengan gabah hasil
panenannya. Mengenai jumlah dan takaran dari barang yg dibeli dengan gabah
yang diserahkan kepada penjual adalah memakai perkiraan dari kedua belah
pihak dan insting rasa ewuh pekewuh dari pembeli. Adapun dari dagangan yang
dijual adalah beraneka ragam, yang sangat khas dan sangat lumrah sekali
adalah dawet, bakul dawet ( warga desa paitan dan mungkin desa sekitarnya (
desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) menyebut orang penjual dawet ) ini
biasanya datang sekitaran pukul 08.00 s/d 10.00, berbarengan dengan
porsiran tenaga dari pemanen gabah yang sudah peng - pengan ( warga desa
paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu
) dalam menyebut menguras tenaga betul betulan ) dari pagi hari sebelum
matahari terbit, tentunya dengan adanya bakul dawet yang lewat adalah
seperti suasana pagi hari dengan adanya embun didedaunan, segar dan seger
adanya. Satu mangkok dawet adalah sangat kurang dan mungkin bisa habis 3
s/d empat mangkok bisa habis dalam sekali minum. Dawet yang dicampur dengan
es adalah pelepas dahaga yang pas didalam situasi matahari yang beum
membumbung tinggi dengan sengatan panas yang sudah mulai menyengat, apalagi
ditambah dengan silir angin yang belum mau bergerak mengipasi gerah dan
panas badan para pemanen padi / gabah di desa paitan dan mungkin desa
sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Ada juga selain bakul
dawet yang menjajakan dagangannya, kalau bakul dawet hanya menjajakan dawet
saja, berbeda lagi dengan yang kami warga desa paitan dan mungkin desa
sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) menyebutnya dengan "
wong bakul ", adalah orang baik laki laki maupun perempuan yang menjajakan
dagangan pada musim panen gabah / padi tiba dan barang dagangannya tidak
hanya satu jenis makanan, bisa rokok, makanan ringan, mungkin bumbu dapur
dan lain lain, pastinya tidak ada dawet yang dibawa oleh " wong bakul "
ini. Mengenai waktu dalam menjajakan dagangannya relative fleksible, bisa
pagi, siang ataupun sore. Takaran / ukuran adalah sama dengan yang diulas
pada bakul dawet diatas tadi.
Dari proses ekonomi yang dibahas diatas tadi yang berada di desa paitan dan
mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) adalah
dikenal dengan sebutan NGURUP ( sebagai objek adalah orang yang melakukan
pembelian ).
Melalui ngurup, kita belajar bagaimana saling percaya dengan ukuran yang
tidak pasti masih bisa ditumbuhkan antar manusia, intinya adalah saling
percaya antar keduanya. Melalui ngurup kita belajar jalan rejeki adalah
banyak cara dan banyak tempat, melalui ngurup adalah ada keiklasan yang
timbul dan mudah2an bukan keiklasan yang dipaksakan, melalui ngurup kita
belajar kesepakatan adalah jalan kita untuk saling menerima satu sama lain.
Untuk yang mencoba mengenang kembali NGURUP dan DEREP, mari sama sama untuk
merefres kembali memori yang mungkin sudah mulai hilang diingatan, bahwa
dari desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong,
kaliwatu ) yang pernah menjadi latar belakang kita semua sebagai putra dan
putri desa paitan dan mungkin desa sekitarnya ( desa gesikan, waled,
gedong, kaliwatu ), adalah hal yang mungkin kita bisa lakukan adalah
meluangkan waktu barang sebentar mencari informasi yang lebih dalam
mengenai latar belakang kita, baik mencari dalam arti tidak langsung
ataupun mencari dalam arti secara langsung yaitu berkunjung kembali ke
latar belakang yaitu kembali ke desa paitan dan mungkin desa sekitarnya (
desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Mari ingat kapan terakhir kali
kita kembali ke latar belakang, kembali ke desa paitan dan mungkin desa
sekitarnya ( desa gesikan, waled, gedong, kaliwatu ).
Andriyadi, 22/03/2018