Turus, kata ini adalah sering digunakan warga didesa kami desa paitan dan
mungkin desa sekitarnya ( gesikan, waled, gedong , kaliwatu ) dan mungkin
desa desa dijawa pada umumnya untuk menandakan satu batas area suatu tanah
satu dengan tanah disampingnya. Biasayanya turus ini mengunakan tanaman /
tumbuhan dan di tanam disepanjang batas tanah satu dengan tanah
disampingnya. Kebanyakan tanaman yang digunakan rata rata yang dijumpai
didesa paitan dan sekitarnya adalah tanaman mojo dan tanaman tetean.
Tanaman mojo memiliki batang yang kuat dan berumur lama ( persisnya berapa
tahun pohon ini bisa bertahan hidup, peru kajian dari mungkin orang biologi
). Tanaman mojo memiliki daun yang lumayan lebar, bisa berbuah bulat dan
menimbulkan bau yang sangat menyengat apabila sudah busuk / sudah pecah.
Kalau tanaman / tumbuhan tetean lebih kecil batang nya dari pohon mojo,
memiliki daun yang kecil dan hidup bergerombol menyatu dengan yang lainnya.
Pohon / tumbuan tetean memiliki buah yang sangat kecil dan lebih kecil dari
biji kelereng pada umumnya. Kalau untuk estetika turus, antara pohon mojo
dengan pohon tetean, pohon / tumbuhan tetean memiliki estetika yang lebih
bagus dan elok,
apabila sama sama kita rawat dan kita pelihara antara kedua
pohon / tanaman tersebut.
Turus didesa paitan dan sekitarnya ( gesikan, waled, gedong, kaliwatu ),
adalah wujud kebudayaan yang sudah ada sejak jaman dahulu kala, paling
tidak sejak saya saya mengetahui perbedaan ini dan itu. Ini adalah
perpanjangan dari undang undang agrarian yang ada sekarang ini, bahwa semua
kepemilikan tanah harus memiliki batas batas yang jelas antara tanah satu
dengan tanah yang lainnya. Dengan pengunaan tumbuhan sebagai turus didesa
paitan dan sekitarnya ( gesikan, waled, gedong, kaliwatu ) adalah hasil
dari budaya dan latar yang ada diseputaran desa paitan dan desa
disekitarnya ( gesikan, waled, gedong, kaliwatu ). Faktor kemudahan dan
kepraktisan mungkin menjadi salah satu pertimbangan yang saat itu sehingga
timbul pemakaian tumbuh tumbuhan untuk pembatas antar tanah satu dengan
yang disampingnya yang didesa paitan dan sekitarnya dinamakan turus. Dan
factor yang kedua menjadi alasan adanya rasa saling percaya antar warga
yang mempunyai tanah berdampingan tersebut, bahwa kebaikan antar keduanya
adalah menjadi nomer satu sehingga tidak aka akan ada yang namanya
penyerobotan antara kedua warga yang mempunyai tanah berdampingan tersebut.
Disini adalah saling percaya antar warga didesa paitan, yang mungkin saat
saat ini sudah sangat sedikit sekali diterapkan apabila kita mendengar /
melihat berita berita yang ada diperkotaan. Rasa saling tidak percaya,
menjatuhkan satu sama lain, menjelek jelekan pihak lain adalah yang tiap
hari kita jumpai akhir akhir ini di media yang tiap hari kita lihat.
Melalui turus ini, kita belajar bahwa ada rasa saling percaya, rasa saling
menghormati, rasa saling menghargai, rasa saling pihak diluar diri kita
adalah sama seperti kita yaitu pihak yang berusaha ini menjaga kepunyaan
yang sudah kita miliki, bahwa pihak lain adalah pihak yang harus kita
hargai, hormati dan saling menjaga perasaan antar masing masing kita.
Melalui turus, kita belajar batas, kita belajar bahwa ada pihak pihak lain
yang juga mempunya batas juga, artinya dalam satu garis pembatas kita hidup
berdampingan satu sama lain. Daun yang menjorok kearea tanah tetangga
adalah seharusnya sudah dipotong duluan sebelum menganggu tetangga kita.
Melalui batas kita belajar bahwa batas adalah awalan kita memulai lahan
tanah yang kita punyai, melalui turus adalah kita memulai mencangkul tanah
yang kita punyai, melalui turus adalah kita memulai menanam tumbuhan,
melalui turus kita memulai menyirami dan menyiangi lahan kepunyaan kita.
Melalui turus kita belajar arti batas yang sesungguhnya.
Andriyadi, 20/03/2018