Thursday, April 7, 2011

Menyiasati rumah yang menghadap ke barat


(disadur dari tulisan berjudul Mengakali Rumah Hadap Barat)


Di Indonesia, hunian yang menghadap selatan telah seringkali dianggap pakem bagi pakar arsitektur karena beberapa hal mendasar, seperti pencahayaan yang teduh serta aliran angin yang memadai. Dengan menghadap ke arah selatan, sinar matahari sebagai pencahayaan alami dapat tetap masuk namun panasnya tidak masuk langsung. Hal ini berbeda dengan hunian menghadap barat yang seringkali dihindari dengan alasan masuknya hawa panas bersamaan dengan sinar matahari di sore hari.
Namun masalahnya sebuah pemilihan arah hadap rumah tidak bisa selamanya ideal. Terlebih lagi apabila rumah tersebut telah jadi dan siap dihuni (atau bahkan itu adalah rumah tercinta yang Anda tempati sekarang). Pertanyaannya, bagaimana jika rumah Anda 'terpaksa' menghadap ke arah selain selatan, bahkan menghadap barat? Mungkinkah permasalahan tersebut dapat dihindari? Mari kita simak kiat-kiat yang disampaikan oleh seorang arsitek studio berbasis arsitektur hijau, Denny Setiawan, dalam menjawab permasalahan Catur Wicaksono, salah seorang pemilik rumah tinggal yang menghadap barat.
Permasalahan utama rumah yang menghadap barat adalah masuknya sinar matahari langsung ke dalam rumah, yaitu padasiang hari, sekitar pukul 14.00 hingga sore hari 16.30 WIB. Keadaan ini akan menyebabkan meningkatnya panas di dalam rumah, bahkan taman rumput di depan rumah pun akan terasa sangat panas. Tentu saja hal seperti ini sangat mengganggu dan dapat berdampak bagi kenyamanan para penghuninya.
banyak hal bisa dilakukan untuk mengusir panas pada lingkungan rumah tinggal, baik saat proses desain atau bahkan ketika rumah sudah telanjur berdiri. Hal tersebut dapat dimulai dari memasang kisi-kisi sampai membuat bukaan serong.
Kisi-kisi dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengurangi intensitas panas matahari yang masuk ke dalam rumah. Fungsinya adalah sebagai secondary skin. Ia akan menghalangi panas matahari menerobos masuk ke ruang privat yang tentu saja lebih diharapkan teduh daripada gerah. Selain dari segi fungsinya, peletakan kisi-kisi yang tepat dapat menambah estetika hunian dan awet. Bahkan apabila pemilihan material kayu dan besi cukup berkualitas, kisi-kisi dapat bertahan lebih dari 10 tahun.
Selain kisi-kisi, ketinggian plafon juga dapat mendatangkan kesan lapang dan menjadikan hawa yang lebih adem. Alasannya adalah karena hawa panas selalu naik ke atas. ''Ketika tempat berkumpulnya hawa panas jauh dari permukaan lantai, otomatis hawa panas tidak mengganggu aktivitas penghuni rumah,'' jelas Denny Setiawan. Meski demikian, bukan berarti Anda disarankan untuk membangun plafon setinggi mungkin. Anda cuma perlu membangunnya dengan ketinggian proporsional.
Kiat berikutnya yang dapat diusahakan untuk menciptakan hunian yang lebih adem, dapat dicapai dengan ventilasisilang. Caranya adalah dengan memberikan bukaan (contohnya jendela) pada dua dinding yang berbeda. Dengan ventilasi silang, udara dapat mengalir lebih lancar. ''Tiap ruang mesti punya jendela. Sayangnya, kini banyak rumah dibangun penuh tanpa menyisakan taman belakang. Itulah yang membuat rumah makin gerah. Intinya, tiap ruang harus bersentuhan langsung dengan udara luar. Tanpa adanya cross ventilation, plafon tinggi tak ada gunanya,'' kata sang arsitek menegaskan.
AC bukanlah jawaban yang terbaik
Menggunakan mesin penyejuk udara (AC) memang solusi singkat yang dipilih banyak orang. Tetapi, pilihan itu mendatangkan masalah baru: tagihan listrik yang membengkak. Di samping itu, adanya kompresor AC di luar ruang justru akan membuat udara sekelilingnya menjadi lebih panas. Padahal hunian di iklim tropis semestinya dapat dibangun dengan tidak mengandalkan AC sebagai pengusir hawa panas.
Untuk mendukung fungsinya, kisi-kisi dapat dikombinasikan dengan menambahkan tanaman rambat sebagai tirai di muka rumah sehingga semakin efektif untuk dapat mengusir hawa panas. Dana yang dibutuhkan pun masih cukup wajar dan terjangkau, hanya perlu disiram tentunya.
Anda dapat mewujudkan taman vertikal yang memanjakan mata serta menyejukkan atmosfer sekitar rumah. Selain cantik, tanaman pun lebih fungsional karena dapat meredam panas di area sekitar hunian. Jadi, jangan remehkan fungsi vegetasi di halaman rumah, karena ternyata halaman juga dapat berupa dinding itu sendiri. Denny pun menambahkan, bahwa dengan memanfaatkan vegetasi sebagai dinding, penghuni rumah akan mendapatkan pasokan oksigen plus peredam panas yang baik.
Pembagian ruang di hunian Anda juga dapat menjadi salah satu kunci untuk menyiasati hawa panas Usahakan agar ruang utama alias ruang yang dijadikan tempat beraktivitas, tidak diposisikan di area yang lama terkena sinar matahari supaya Anda tidak terlalu merasa gerah saat beraktivitas di ruang keluarga atau kamar tidur. Nah, sebagai gantinya, posisikan area servis di bagian depan. Panas yang menyengat dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan pakaian atau menerangi dapur serta area mencuci. Agar tampak depan rumah tidak terlihat berantakan, diperlukan kamuflase, misalkan dengan sebuah dinding taman vertikal.
Selain cara-cara tersebut, pastikan Anda meminimalkan jendela yang menghadap barat dan menambahkan jendela yang menghadap ke arah utara atau selatan. Namun apabila tidak memungkinkan mengurangi jendela yang menghadap barat, bukaan yang menyerong 30 derajat hingga 45 derajat dapat menjadi trik jitu yang menghasilkan keteduhan dalam rumah. Dengan begitu, panas matahari tidak secara langsung menyeruak ke ruang-ruang pribadi Anda. ''Prinsipnya, cahaya matahari memang diperlukan, tetapi panasnya harus kita buang'', ujar Denny menyimpulkan.

semoga bermanfaat..

hub kami 86 studio di:
email: ya_andri18@yahoo.com
no hp : 081378638978

No comments: