Monday, May 9, 2011

Penyebab terjadinya kegagalan pembangunan tower

Berdasarkan data yang di kumpulkan dari hasil pengamatan. Gagalnya suatu tower didirikan terjadi akibat hal – hal berikut :
Pemilihan lokasi yang kurang tepat:
Meliputi, daerah yang sering gempa, tanah yang kurang labil, angin yang cukup kencang, jauhnya dari supply arus listrik. Meskipun demikian resiko-resiko diatas dapat diatasi dengan penambahan biaya. Warga setempat yang tidak setuju terhadap pembangunan proyek tower tersebut
Ketidaktelitian dalam pelaksanaan :
Misalnya pemasangan baut, mur, dan pemancangan tiang pertama yang tidak baik sehingga mengakibatkan tower tersebut miring.
Rangka besi yang tidak bermutu :
Meskipun rangka tersebut sudah diuji, tetapi ada juga rangka yang kurang baik dalam penggunaannya.
Kesimpulan
Penyebab kegagalan pembangunan tower sering terjadi, maka dalam pembangunannya harus direncanakan, dan diteliti dengan baik apa yang menjadi permasalahannya agar terhindar dari kegagalan proyek Bisa juga melakukan evaluasi tentang bahaya yang akan mungkin terjadi dan bila resiko dalam evaluasi besar, pembangunan harus di hentikan.

hub kami 86 studio di :
email : ya_andri18@yahoo.com
no hp : 081378638978
........untuk hasil yang maksimal.

APA SIH TOWER ITU ??


Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa panjang (tongkat), yang bertujuan untuk menempatkan antenna dan radio pemancar maupun penerima gelombang telekomunikasi dan informasi.
Tower BTS (Base Transceiver System) sebagai sarana komunikasi dan informatika, berbeda dengan tower SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) Listrik PLN dalam hal konstruksi, maupun resiko yang ditanggung penduduk di bawahnya. Tower BTS komunikasi dan informatika memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan mahluk hidup di bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun disekitarnya.
Tipe Tower jenis ini pada umumnya 3 macam,
1) Tower dengan 4 kaki, atau tower pipa besar (diameter pipa 30 cm keatas) (tanpa kawat spanner).
2) Tower segitiga yang dikokohkan dengan tali pancang/spanner.
3) Pipa besi yang dikuatkan dengan tali spanner.
Tower dengan 4 kaki sangat jarang dijumpai roboh, karena memiliki kekuatan tiang pancang serta sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tipe ini mahal biayanya (650 juta hingga 1 milyar rupiah), namun kuat dan mampu menampung banyak antenna dan radio. Tipe tower ini banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan bisnis komunikasi dan informatika yang bonafid. (Indosat, Telkom, Xl, dll).
Tower Segitiga disarankan untuk memakai besi dengan diameter 2 cm ke atas. Beberapa kejadian robohnya tower jenis ini karena memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm. Ketinggian maksimal tower jenis ini yang direkomendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter.
Tower jenis ini disusun atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4 meter namun ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali pancang/spanner. Jarak patok spanner dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena ikatannya makin kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di tower bagian atas.
Tower jenis ketiga lebih cenderung untuk dipakai secara personal. Tinggi tower pipa ini sangat disarankan tidak melebihi 20 meter (lebih dari itu akan melengkung). Teknis penguatannya dengan spanner. Kekuatan pipa sangat bertumpu pada spanner.
Sekalipun masih mampu menerima sinyal koneksi, namun tower jenis ini tidak direkomedasi untuk penerima sinyal informatika (internet dan intranet) yang stabil, karena jenis ini mudah bergoyang dan akan mengganggu sistem koneksi datanya, sehingga komputer akan mencari data secara terus menerus (searching).
Tower ini bisa dibangun pada areal yang dekat dengan pusat transmisi/ NOC = Network Operation Systems (maksimal 2 km), dan tidak memiliki angin kencang, serta benar-benar diproyeksikan dalam rangka emergency biaya.
Dari berbagai fakta yang muncul di berbagai daerah, keberadaan Tower memiliki resistensi/daya tolak dari masyarakat, yang disebabkan isu kesehatan (radiasi, anemia dll), isu keselamatan hingga isu pemerataan sosial. Hal ini semestinya perlu disosialisasikan ke masyarakat bahwa kekhawatiran pertama (ancaman kesehatan) tidaklah terbukti. Radiasinya jauh diambang batas toleransi yang ditetapkan WHO.
Tower BTS terendah (40 meter) memiliki radiasi 1 watt/m2 (untuk pesawat dengan frekuensi 800 MHz) s/d 2 watt/m2 (untuk pesawat 1800 MHz). Sedangkan standar yang dikeluarkan WHO maximal radiasi yang bisa ditolerir adalah 4,5 (800 MHz) s/d 9 watt/m2 (1800 MHz).
Sedangkan radiasi dari radio informatika/internet (2,4 GHz) hanya sekitar 3 watt/m2 saja. Masih sangat jauh dari ambang batas WHO 9 watt/m2.
Radiasi ini makin lemah apabila tower makin tinggi. Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70 meter.
Dengan demikian radiasinya jauh lebih kecil lagi. Adapun mengenai isu mengancam keselamatan (misal robohnya tower), dapat diatasi dengan penerapan standar material, dan konstruksinya yang benar, serta pewajiban perawatan tiap tahunnya.
Sejarah Menara
Secara historis, keberadaan menara telekomunikasi sudah ada di Amerika Utara sejak akhir abad ke-19 yang dibangun oleh Prancis di berbagai pelabuhan Amerika dan digunakan untuk layanan telegrap.
Sebagai contoh, penemuan layanan telegrap oleh Samuel Morse pada 1844 telah menggunakan tower yang tingginya berkisar 30 kaki dan dibangun di sepanjang jalan yang menghubungkan seluruh negara bagian Amerika.
Selanjutnya, penemuan sistem komunikasi tanpa kabel oleh Guglielmo Marconi pada 1899 telah mewarnai penggunaan tower telepon dan telegrap di kota-kota besar Amerika.
Awal abad ke-20, pembangunan menara semakin masif berkat penemuan teknologi telepon dan telegrap tanpa kabel untuk layanan komunikasi berbasis frekuensi radio. Namun fenomena ini ditentang masyarakat dengan alasan keberadaan tower-tower yang semakin tinggi dan menjamur tersebut berdampak mengurangi keindahan lingkungan dan menimbulkan gangguan (interferensi) pada siaran radio dan televisi.
Sejak itu, pertumbuhan dan ketinggian tower mulai berkurang yang pada gilirannya memicu regulator untuk menetapkan kebijakan penggunaan tower telekomunikasi secara bersama dengan penampilan yang lebih estetis.


kami 86 studio melayani berbagai hal yang berhubungan dengan tower....
mulai dari :
> perencanaan desain
> pelaksana sipil
> autocad operator
> dll
hub kami 86 studio di :
email : ya_andri18@yahoo.com
no hp : 081378638978

Friday, April 29, 2011

ELEMENT PADA TOWER SELULER

Element2 yang ada pada bts antenna tower seluler adalah :
  1. Equipment BTS itu sendiri; bentuk dan ukurannya kira kira seperti sebuah kulkas 2 pintu. Terletak di dalam shelter. Dalam sebuah shelter, untuk GSM bisa terdapat 2 buah system BTS yaitu BTS 1800MHz, dan 900MHz. Telkomsel, indosat, XL, HCPT, dan AXIS menggunakan ini, sedangkan untuk CDMA setahu saya biasanya Cuma satu yaitu CDMA2000-1X, ataukah CDMA EVDO, bekerja pada frekuensi 800Mhz digunakan oleh Telkom Flexy, Esia, Mobile–8, sedangkan untuk frekuensi 1900Mhz , saat ini digunakan oleh Smart Telecom.
  2. Rectifier System; Mengubah tegangan dari PLN 220/380 Vac menjadi Tegangan DC untuk di supplai ke BTS. Biasanya Untuk BTS CDMA hanya dibutuhkan tegangan DC sebesar +27 Vdc atau -48 Vdc.
  3. Baterei; Sebagai backup power ke BTS apabila PLN Padam. Biasanya bisa bertahan sampai 3-4 Jam, tergantung dari Ampere Hour baterei dan Designnya systemnya.
  4. Microwave system; terdiri atas Indoor unit dan Outdoor unit. Indoor unit berada di dalam shelter memiliki port E1 yang dikoneksikan ke Port E1 BTS melalui DDF. Indoor unit juga mendapat suplai tegangan DC dari rectifier yang sama. Sedangkan Outdoor Unit menempel pada Antenna Microwave. Indoor Unit dan Outdoor unit terhubung menggunakan Coaxial Cable.
  5. Antena Sectoral; berbentuk persegi panjang, terpasang pada tower dengan ketinggian tertentu berfungsi sebagai penghubung antara BTS dan HandPhone, ada dua type antenna sectoral, yaitu Monotype, biasa dipakai untuk daerah Rural dan Sub Urban dan Dual type untuk daerah Urban (daerah yg padat penduduk).
  6. Antenna Microwave; bentuknya seperti genderang rebana yang menerima atau memancarkan gelombang radio dari BTS ke BSC atau dari BTS ke BTS lainnya.
  7. Feeder; sekilas nampak seperti kabel besar, sebagai media rambatan gelombang radio antara BTS dan Antenna Sector. Ukuran ada yang 7/8, 1-5/8 atau ½.
  8. Tower beserta system pentanahannya; Sebagai media penempatan/penginstalan antenna antenna dan feeder.
  9. Shelter; berada di samping tower, tempat untuk menyimpan equipment (No.1 – 6).
  10. Site Guard atau landlord, orang yang bertugas merawat dan membersihkan lokasi BTS.